Kamis, 07 Maret 2013

REFLEKSI (Inovasi Pembelajaran Matematika dengan Sistem Demokrasi)


Pendidikan bermula sejak kita memilih pasangan dan akan berakhir pada saat kita mati. Pendidikan merupakan proses yang menjadikan seseorang menjadi dewasa dan berlangsung seumur hidup. Pernyataan tersebut sajalan dengan pendapat Driyarkara (dalam Dwi Siswoyo 2007:1) mengatakan bahwa “pendidikan merupakan gejala semesta (fenomena universal) dan berlangsung sepanjang hayat manusia, di manapun manusia berada. Di mana ada kehidupan manusia, di situ pasti ada pendidikan”.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan segala potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Menjadikan peserta didik menjadi manusia seutuhnya, yang nantinya dapat hidup secara wajar seperti manusia pada umumnya dan dapat menjalankan tugas serta kewajiban sebagai manusia. Pendidikan berfungsi mengembangkan segala bakat yang dimiliki peserta didik sejak lahir untuk mencapai kebahagian yang sempurna.
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang di ingikan diperlukan pembelajaran yang inovatif dari seorang guru. Guru harus bisa mengembangkan metode pembelajaran menjadi lebih inovatif dari sebelumnya. Metode yang semula digunakan yaitu metode tradisional (ceramah) sudah sepatutnya tidak digunakan secara penuh dan diganti dengan metode yang lebih variatif seperti penggunaan LKS (student worksheet) dan fortopolio (record keeping) dalam proses pembelajaran. Persiapan proses pembelajaran dalam matematika digolongkan menjadi 2 bagian utama yaitu persiapan umum dan persiapan khusus. Persiapan umum meliputi Kajian dan Penyesuaian Paradigma dan Teori Pendidikan dan Pembelajaran Matematika Inovatif dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan persiapan khusus dimulai dari analisis kurikulum (KTSP) hingga pengembangan beberapa skema seperti struktur pembelajaran, skema pencapaian kompetensi, skema interaksi, skema variasi metode, skema variasi media atau alat bantu pembelajaran, dan variasi sumber belajar. Kedua persiapan proses pembelajaran tersebut harus saling diakitkan untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya.
Negara indonesia merupakan negara demokrasi. Demokrasi sendiri berasal dari kata  demos yang berarti ”rakyat” dan kratos/craitein yang berarti ”pemerintahan”. Dengan begitu bahwa kekuasaan atau pemerintahan tertinggi berada ditangan rakyat. Rakyat sendiri yang mengatur dan menjalankan segala bentuk pemerintahan negaranya selama masih berada dalam batas koridor pemerintah. Oleh karena itu, demokrasi disebut pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pernyataan tersebut merupakan demokrasi dalam konteks pemerintahan. Selanjutnya kita akan mengembangkan pembelajaran matematika dengan menggunakan sistem demokrasi. Dengan sistem ini peserta didik yang menentukan pembelajaran seperti apa yang di iginkan, disini peran guru hanya sebagai fasilitator. Peserta didik merupakan subyek dari proses pembelajaran, jadi peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan segala potensi serta bakatnya saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu guru juga dituntut untuk pandai untuk berkomunikasi dengan dunia luar dan kepada peserta didiknya, sebagai salah satu cara untuk mengenali berbagai macam karakter peserta didiknya. Sebagai bekal yang digunakan untuk menentukan metode seperti apa yang sesuai dan harus diterapkan oleh guru kepada peserta didiknya.
Ditinjau dari pernyataan diatas bahwa pembelajaran matematika akan dikembangkan seperti sistem demokrasi. jika kita berbicara tentang sistem, maka akan ada komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Komponen-komponen tersebut adalah siswa atau peserta didik, guru, materi, dan metode. Perlu diingat bahwa untuk mencapai tujuan tersebut, tidak bisa dilakukan dengan pembelajaran yang hanya pada satu arah saja yaitu dari guru kepada peserta didik. Akan tetapi dari siswa, oleh siswa dan untuk siswa. Karena peserta didik mempunyai peran utama dalam proses pembelajaran. Selain itu, metode inovatif yang digunakan dalam pengembangan pembelajaran matematika dengan sistem demokrasi ini yaitu metode Induksi-Deduksi. Metode induksi merupakan metode yang menyimpulkan dari peristiwa khusus menjadi umum. Contohnya ada sebuah titik kemudian menjadi sebuah garis, dari garis menjadi sisi dan pada akhirnya akan menjadi sebuah gambar kubus. Metode induksi berfungsi untuk menyimpulkan suatu peristiwa, benda, dan suatu pernyataan. Sedangkan metode deduksi merupakan metode yang bersifat sangat alami, kodrati, dan sunnatullah. Metode deduksi berfungsi untuk memahami suatu peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan matematika. Contoh metode deduksi tidak berbeda jauh dengan metode induksi hanya saja urutan prosesnya yang dibalik. Jika metode induksi diawali dari titik pada metode deduksi diawali dengan gambar kubus, sisi, garis kemudian titik. Guru perlu mencermati bahwa tidak semua matematika deduksi akan tetapi ada juga yang berupa induksi. Antara metode deduksi dan induksi harus bersinergi menjadi satu untuk menuju pembelajaran yang inovatif.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar