Rabu, 27 Februari 2013

REFLEKSI (Forum Tanya Jawab 63: Bagaimana Siswa Bisa Menentukan Kurikulum?)


Setelah membaca artikel tersebut saya mempunyai gambaran bahwa untuk mengajar matematika pada jenjang Sekolah Dasar (SD) dibutuhkan kreativitas guru yang tinggi agar pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai secara optimal. Akan tetapi ternyata pendidikan di Indonesia masih menggunakan sistem lama yaitu otoriter. Segala kegiatan pembelajaran secara tidak langsung dikendalikan oleh pemerintah pusat. Pemerintah berpikir bahwa dengan dikendalikannya segala sistem pembelajaran oleh pemerintah, pendidikan di indonesia bisa dikatakan berhasil. Padahal hal tersebut akan semakin memperburuk keadaan.
Kurikulum yang disusun pemerintah seringkali tidak sesuai dengan potensi yang ada dalam anak didik. Padahal mereka mempunyai peranan untuk terlibat didalamnya. Pemerintah jangan seenaknya menentukan kurikulum yang akan diberlalukan akan tetapi juga melibatkan siswa. Oleh karena itu indonesia hendaknya dapat mencontoh kurikulum seperti di London. Kurikulum yang dibuat pemerintah tidak menuntut siswanya untuk menjadi atau mencapai indikator yang diinginkan. Akan tetapi guru menawarkan kepada siswa pembelajaran apa yang diinginkan oleh siswa. Pembelajaran matematika di london, menganut paradigma : pada waktu yang berbeda, berbeda-beda siswa, mempelajari matematika yang berbeda, dengan kecepatan dan kemampuan yang berbeda, dengan hasil yang boleh berbeda pula. Peran siswa disini benar-benar sebagai subyek pembelajaran dan bukan menjadi obyek. Dengan begitu siswa mendapat apa yang mereka butuhkan dan bukan menjadi seperti apa yang diinginkan guru. Cara seperti ini yang nantinya akan membantu siwa menuju gerbang keberhasilan. Lantas solusi apa yang tepat untuk indonesia. Salah satu cara yang bisa diaplikasikan adalah dengan melakukan inovasi, saperti memberikan LKS dan fortofolio siswa atau record keeping. Karena LKS itu bukan sekedar kumpulan soal akan tetapi sebagai wadah untuk mengembangkan prestasi.

REFLEKSI (Sekolah Bertaraf Internasional)


Sekolah bertaraf Internasional (SBI) merupakan salah satu bentuk cara pemerintah untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Dengan adanya  Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) diharap Indonesia memiliki pendidikan yang maju seperti pendidikan di Negara barat pada umumnya. Untuk menjadi sekolah yang bernotaben SBI dibutuhkan IKKT (Indikator Kinerja Kunci Tambahan) dari pencapaian 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan. Apabila kedelapan Standar Nasional Pendidikan sudah terpenuhi maka sekolah tersebut dapat dikatan bernotaben SBI. Selain itu Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan tumpuhan dan harapan Indonesia untuk mengubah pradigma lama menuju pradigma baru yang lebih inovatif. Akan tetapi wacana bahwa SBI itu hanya untuk kalangan menengah keatas sulit dihilangkan. Padahal SBI itu tidak hanya diperuntukan untuk mereka yang hanya dari kalangan atas, melainkan pada mereka yang memiliki kompetensi-kompetensi khusus yang memenuhi dan layak untuk menjadi bagian dari SBI.
Untuk menjadi Sekolah Berbasis Internasional (SBI) diperlukan komponen-komponen yang bertaraf internasional. Mulai dari memiliki kepala sekolah yang bertaraf internasional, guru bertaraf intrernasional dan siswa yang bertaraf internasional. Maksud dari bertaraf Internasional disini adalah guru dapat mempertanggung jawabkan semua tindak kegitannya serta dapat mengubah pradigma pendidikan menjadi suatu pendidikan yang inovatif. komponen-komponen tersebut harus saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Selain itu pembelajaran  dengan bertaraf internasional merupakan salah satu poin khusus untuk menjadi SBI.  Metode pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang berorientasi kepada siswa dengan pendekatan konstruktivisme yaitu yang membiarkan siswa mengembangkan segala kemampuan yang dimiliki. Guru hanya sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif, contohnya seperti lesson study.
1.      Sebelum SBI dihapuskan banyak sekolah yang mendapat kepercayaan untuk menuju ke SBI, akan tetapi kebanyakan sekolah yang mendapat kepercayaan tersebut dari segi pengajar belum memenuhi kreteria untuk menjadi SBI. Bagaimana solusinya?

Minggu, 24 Februari 2013

REFLEKSI (Sekolah Bertaraf Internasional : Sebuah Epistemology)


Dengan adanya Sekolah Berbasis Internasional (SBI) dirasa sangat perlu guna meningkatkan pendidikan diIndonesia. Sekolah Berbasis Internasional bertujuan untuk membuat anak didik memiliki kompeten yang sama seperti anak-anak yang berada diluar negeri contohnya jepang. Sekolah Berbasis Internasional (SBI) perlu mendapat dukungan dari berbagai aspek baik itu negra, sekolah, mupun orang tua. Walaupun di Indonesia masih sedikit sekolah yang berlebel SBI atau bahkan belum ada karena di Indonesia sendiri sekolah SBI masih sekedar percobaan. Oleh karena itu, sekolah yang mendapat kepercayaan untuk menjadi SBI masih berlebel RSBI atau Rintisan Sekolah Berbasis Internasional. Namun, kenyataannya sekolah yang berlebel RSBI sudah dihapuskan karena pelaksanaannya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Penggunaan dua bahasa dalam proses pembelajaran sering dijadikan alasan bahwa murid susah memahami materi yang disampaikan. Selain itu biaya yang mahal juga membuat sedikit risau para orang tua siswa, keadaan ini sepertinya yang menjadi pemicu utama. Menurut saya, penghapusan SBI terjadi karena pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan SBI belum memahami apa tujuan dan manfaat SBI sesungguhnya. Padahal tanpa mereka sadari SBI nantinya sangat berperan dalam kehidupan kita dalam menghadapi persaingan global. Karena materi yang diberikan dalam SBI bebasis teknologi dan berwawasan global.

REFLEKSI (Artikel Populer: Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Matematika)


Pendidikan karakter merupakan suatu ajang yang diterapkan dalam sekolah-sekolah guna memperbaiki moral suatu bangsa. Pendidikan karakter seolah-olah menjadi perbincangan asyik yang sulit dihentikan. Setiap ada kesempatan tak luput pendidikan karakter selalu menjadi topic utama.  Dengan adanya pendidikan karakter diharap moral anak bangsa kembali seperti sedia kala. Pendidikan karakter banyak digembor-gemborkan. Namun praktiknya pendidikan karakter belum terealisasi secara sempurna dalam kehidupan nyata. Pendidikan karakter hendaknya diberikan sejak anak menginjak usia dini. Agar karakter pada siswa seperti nilai kejujuran, tanggung jawab, adil, kesopanan, dan lain sebagainya tetap eksistensi dengan terpaan zaman yang semakin maju, yang kita rasakan dampaknya baik dampak positif maupun negatif. Membangun karakter siswa seperti halnya membangun rumah. Kita harus membangun pondasi yang kuat agar bangunan itu tidak mudah rubuh. Oleh karena, membangun karakter siswa dilakukan mulai dari yang paling bawah yaitu pada jenjang usia dini. Pada saat jenjang ini diharap pondasi yang dibangun harus sekuat mungkin agar bisa menopang bangunan yang selanjutnya dan tidak mudah hancur karena terkena arus globalisasi. Pendidikan karakter tidak hanya diterapkan pada mata pelajaran agama, kewarganaraan, ilmu sosial akan tetapi pada semua mata pelajaran termasuk matematika. Dengan begitu pendidikan matematika dan pendidikan karakter dapat bersinergi dalam mengembangkan pendidikan yang bermoral. Pendidikan karakter dalam pendidikan matematika meliputi berbagai proses yang dimulai dari kesadaran diri dan lingkungan, perhatian, rasa senang dan rasa membutuhkan. Serta rasa ingin tahu untuk mempelajarinya sehingga segala potensi yang ada pada diri siswa dapat berkembang melalui keterampilan dan dapat menunjukan sifat, sikap dan perilaku berkarakter dalam pendidikan matematika. Kemudian segala wujud tersebut dapat teraktualisasi baik secara individu maupu kelompok.
Pada dasarnya dalam matematika itu terselip nilai kejujuran, ketekunan, ketelitian, kecepatan, dan kemandirian. Selanjutnya untuk mendapat hasil maksimal antara pendidikan matematika dan pendidikan karakter, seorang guru dituntut untuk memberikan kontibusi yang optimal kepada peserta didiknya. Seorang guru juga harus mampu menentukan dan melaksanakan konsep antara pendidikaan matematika dan pendidikan karakter dalam suatu pembelajaran agar dapat bersinergi. Dalam rangka menjalankan tujuan yang ingin dicapai.

Sabtu, 23 Februari 2013

REFLEKSI (Metodologi Pendidikan)


 Setelah membaca artikel tersebut, saya menjadi tahu bahwa mengidentasi suatu permasalahan itu sangat penting khususnya dalam dunia pendidikan. Dengan mengidentifiasi masalah-masalah tersebut guru menjadi tahu problem apa yang selama ini belum ditemukan solusinya. Sehinggga guru akan melakukan tindakan untuk memecahkan problem-problem tersebut dan mengubah pradigma yang lama menuju pradigma yang baru. Untuk menuju pradigma baru dari pradigma yang lama dibutuhkan persiapan umum dan persiapan khusus dalam suatu proses pembelajaran. Persiapan khusus dimulai dari analis kurikulum (KTSP) yang meliputi SK, KD, dan indikator hingga menghasilkan Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau lesson plan. Sedangkan persiapan umum meliputi kajian lebih dalam mengenai pradigma pembelajaran inovatif serta pengaplikasiannya. Dengan begitu secara perlahan problem-problem tersebut satu persatu akan terselesaikan.

REFLEKSI (Perencanaan Pembelajaran Matematika)


Segala sesuatu itu butuh perancanaan. Tanpa perancanaan biasanya hasil yang akan dicapai tidak sesuai dengan harpan atau tujuan. Begitupun dengan pendidikan. Dibutuhkan persiapan umum dan khusus untuk memulai sebuah proses pembelajaran. Agar semua kompetensi-kompetensi yang diinginkan dapat tercapai secara maksimal. Dengan adanya perencanaan suatu kegiatan pembelajaran akan tersusun secara sistematis, sehingga guru tahu mana materi yang hrus dan sudah disampaikan kepada siswa. Guru juga perlu melakukan persiapan baik dari segi fisik maupun mental. Karena guru kan dihadapkan dengan berbagai macam problema yang menjadi hambatan belajar siswa. Diperlukan persiapan fisik untuk memberi bimbingan yang lebih kepada siswa yang kurang mampu dalam menerima pelajaran. Karena kemampuan siswa itu tidak sama. Disini peran guru sebagai fasilitator sangat diperlukan. Guru memfasilitasi segala sesuatu yang dibutuhkan siswa dan menjadikan siswa sebagai subyek bukan obyek. Biarlah siswa bereksistensi yaitu tidak terbelenggu dengan ruang dan waktu sekarang ini. Namun dapat menebus ke masa depan maupun masa lampau. Serta biarlah mereka belajar dari pengalamannya, belajr mengntisipasi semua masalah dn peristiwa, belajar melihat prospek masa depan dari sesuatu dengan imajinasi kreatif yang dimilikinya.
Sebagai tenaga pendidik yang profesional guru dituntut dapat mengembangkan RPP (lesson plan) yang sudah ada menjadi lebih inovatif, lebih kreatif yang dapat menarik minat siswa untuk belajar. Serta mengubah pradigma pembelajaran lama menjadi pradigma pembelajaran baru. Serta guru harus bisa mengembangkan komunikasi intraksional antar siswa yaitu memandang pihak lain sebagai pripadi atau subyek yng perlu dihargai. Bukan suatu obyek yang bisa dikendalikan dan diatur secara terus-menerus. Semoga calon-calon guru khususnya saya dapat mengubanh pradigma lama menjadi pradigma baru. Serta dapat mengembangkan pembelajaran menjadi inovatif dan kreatif. Yang dapat mendidik dan mengembangkan anak didik menuju genersi emas yang dapat bersaing dalam lingkup global.

REFLEKSI (Peran Intuisi Dalam Pembelajaran Matematika)


Intuisi sangat dibutuhkan dan sangat penting peranannya dalam suatu proses pembalajaran. Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari dunia lain dan di luar kesadaran. Oleh karena itu intuisi tidak dapat dipaksakan. Setiap siswa mempunyai intuisi yang memang sudah merupakan komponen dari bagian dirinya. Sehingga intuisi antar siwa satu dengan siswa lainya berbeda tingkat ketanjamannya. Intuisi sebagai pendorong kemauan bertindak sesuai dengan ilmu yang dipelajarinya. Seorang yang memiliki intuisi tinggi maka semakin besarlah orang tersebut untuk sukses. Oleh karena itu guru diharap untuk bisa mengembangkan intuisi peserta didiknya. Mengembangkan intuisi dapat dilkukan misalnya dengan cara memberi pertanyaan secara terus-menerus kepada siswa. Sehingga lmbat laun intuisi seorang siswa akan terasah.

REFLEKSI (IDENTIFIKASI MASALAH PSIKOLOGI MENGAJAR MATEMATIKA, PSIKOLOGI BELAJAR MATEMATIKA DAN PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA)


Dari pertanyaan diatas, ternyata mengajar, belajar, dan pembelajaran matematika membutuhkan dan mempengaruhi psikologi seorang siswa maupun guru. Saat pembelajaran matematika tidak jarang siswa mengalami hambatan dan kesulitan dalam belajar. Hambatan-hambatan tersebut bisa disebabkan dari luar maupun dari dalam individu. Hambatan dari dalam seperti siswa kurang bisa memahami materi yang disampaikan oleh guru. Sedangkan hambatan dari luar misalnya siswa tertekan dengan sifat guru yang otoriter. Yang tidak memberikan kebebasan siswa untuk berekplorasi. Padahal jika keadaan ini tetap berlanjut akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Belajar matematika bukanlah suatu hasil akan tetapi suatu proses. Yang dimulai dari tingkat dasar hingga yang paling sulit. Membutuhkan ketelatenan dan kesabaran untuk mencapai hasil yang maksimal. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam suatu pembelajaran dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang inovatif. Yang dapat mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh siswa. Serta perlu dilakukan inovasi pradigma lamamenjadi pradigma baru.
Oleh karena itu guru sebagai pendidik dituntut untuk bisa mengubah pradigma lama menjadi pradigma baru. Melakukan inovasi dalam berbagai segi komponen-komponen pembelajaran. Mengubah pola pikir yang tadinya tradisional menjadi berwawasan global. Serta mengembangkan komunikasi transaksional dan interaksi edukatif antara siwa dan guru. Guru sebagai Education for AllI harus bisa bertanggung jawab dengan segala yang terjadi dengan siswanya. Memahami dan mengenali setiap siswanya dan apa yang menjadi hambatan selama dalam proses pembelajaran. Guru juga harus bisa menumbuhkan motivasi dengan cara memberi apersepsi sebelum proses pembelajaran berlangsung. Sehingga siswa terdorong untuk lebih giat untuk belajar. Yang perlu diingat oleh guru jangan pernah sekali-kali guru memaksakan apa yang menjadi kehendaknya. Biarlah siswa yang mengkaji segala sesuatunya.

REFLEKSI (To Develop Lesson Plan for Secondary Mathematics Teaching (Mengembangkan RPP Untuk PBM Matematika di SMP))Jika diibaratkan sebuah negara RPP adalah suatu idiologi. Coba bayangkan negara tanpa Idiologi pasti akan hancur. Seperti halnya dengan RPP. Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah suatu landasan dari sebuah proses pembelajaran. Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dijadikan sebuah titik acuan mau dibawa kemana tujuan suatu pembelajaran. Seorang guru harus bisa mengembangkan RPP agar proses pencapaian pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menerangkan seluruh rangkaian proses pembelajaran, mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, hingga penutup. Dengan adanya pengembangan-pengembangan RPP diharapkan pradigma lama yaitu pembelajaran yang berorentasi kepada guru dapat bergeser menjadi program pembelajaran yang berorentasi pada siswa. Untuk mencapai atau menggeser pradigma lama tersebut dibutuhkan komponen-komponen pembelajaran yang inovatif seperti media, metode, dan sumber belajar yang harus bisa dikembangkan oleh guru agar lebih menarik siswa. Oleh karena itu media pembelajaran berbasis IT merupakan salah satu inovasi media pembelajaran yang dikembangkan untuk menarik minat belajar siswa yang disajikan semenarik mungkin sehingga siswa tidak akan pernah bosan untuk belajar. Untuk menuju pembelajaran yang berorentasi pada siswa dibutuhkan media pembelajaran yang tidak hanya berbasis pada buku akan tetapi juga pada internet. Dengan menggunakan internet secara pelahan siswa tidak akan tergantung dengan guru dan materi yang diterima bervariatif. Karena disini siswa diberi kebebasan untuk bereksplorasi dengan segala kemampuan yang dimilinya. Dengan begitu tanpa kita sadari model pembelajaran yang berorentasi kepada guru lama kelamaan akan berorentasi pada siswa. 1. Bagaimana kriteria Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau lesson plan yang baik untuk siswa SD)


Jika diibaratkan sebuah negara RPP adalah suatu idiologi. Coba bayangkan negara tanpa Idiologi pasti akan hancur. Seperti halnya dengan RPP.  Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah suatu landasan dari sebuah proses pembelajaran. Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dijadikan sebuah titik acuan mau dibawa kemana tujuan suatu pembelajaran. Seorang guru harus bisa mengembangkan  RPP agar proses pencapaian pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menerangkan seluruh rangkaian proses pembelajaran, mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, hingga penutup. Dengan adanya pengembangan-pengembangan RPP diharapkan pradigma lama yaitu pembelajaran yang berorentasi kepada guru dapat bergeser menjadi program pembelajaran yang berorentasi pada siswa. Untuk mencapai atau menggeser pradigma lama tersebut dibutuhkan komponen-komponen pembelajaran yang inovatif seperti media, metode, dan sumber belajar yang harus bisa dikembangkan oleh guru agar lebih menarik siswa. Oleh karena itu media pembelajaran berbasis IT merupakan salah satu inovasi media pembelajaran yang dikembangkan untuk menarik minat belajar siswa yang disajikan semenarik mungkin sehingga siswa tidak akan pernah bosan untuk belajar. Untuk menuju pembelajaran yang berorentasi pada siswa dibutuhkan media pembelajaran yang tidak hanya berbasis pada  buku akan tetapi juga pada internet. Dengan menggunakan internet  secara pelahan siswa tidak akan tergantung dengan guru dan materi yang diterima bervariatif. Karena disini siswa diberi kebebasan untuk bereksplorasi dengan segala kemampuan yang dimilinya. Dengan begitu tanpa kita sadari model pembelajaran yang berorentasi kepada guru lama kelamaan akan berorentasi pada siswa.
1.      Bagaimana kriteria Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau lesson plan yang baik untuk siswa SD?

REFLEKSI (Lesson Study dan Siswa Berkebutuhan Khusus Belajar Matematika (Telah dimuat di Bernas, 26 Agustus 2008))


Program belajar lesson study merupakan suatu program pembelajaran yang dapat mengembangkan segala kreativitas yang dimiliki oleh seorang anak berkebutuhan khusus. Dengan adanya program lesson study tersebut seorang anak berkebutuhun khusus tidak merasa bahwa dirinya berbeda dari temannya yang memiliki fisik yang normal. Dengan adanya program ini fisik bukanlah suatu alasan atau hambatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki seperti anak normal. Selain itu perhatian guru sangat dibutuhkan, guru harus mampu mengenali segala karekteristik, potensi, kemampuan, kekurangan serta kelebihan masing-masing anak. Agar semua kemampuan yang dimiliki anak tersebut dapat berkembang secara optimal.dengan adanya lesson study dan adpted semoga menjadi trobosan baru solusi jitu utuk mengembangkan segala potensi, minat dan bakat anak berkebutuhan khusus untuk berjaya dan berprestasi seperti anak  pada umumnya.
1.      Jurang pemisah antara anak berkebutuhan khusus dan anak yang memiliki fisik normal masih terlihat, walaupun hanya sedikit. Bagaimana cara menbangun kepercayaan diri anak berkebutuhan khusus bahwa dia memiliki potensi seperti pada anak umumnya?

REFLEKSI (Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 2: Intuisi dalam Matematika (2))


Dalam artikel diatas disebutkan bahwa intuisi matematika akan muncul setelah tahap olah pengalaman (experience) matematika. Jadi, biarlah siswa mengeksplorasi segala apa yang dimilikinya melalui lingkungan sekitar. Guna mempertajam intuisi seorang siswa. Sekarang ini intuisi seorang siswa mulai memprihatinkan. Banyak siswa yang mulai kehilangan intuisinya. Ini dikarenakan kebanyakan sekolah hanya mengedepankan aspek kognitif saja tanpa memikirkan untuk mengembangkan aspek lain yang lebih penting. Sekolah-sekolah pada umumnya hanya mengedepankan hasil akhirnya saja tanpa memikirkan prosesnya. Bukankah proses pembelajaran itu lebih penting di banding dengan hasil akhir. Memang tidak bisa dipungkiri saat ini nilai merupakan sesuatu yang diagung-agungkan. Mereka menganggap dengan nilai yang tinggi seseorang bisa dikatakan cerdas. Padahal seseorang yang dikatakan cerdas apabila dapat menyeimbangkan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.  Pradigma seperti inilah yang harus dirubah dan tinggalkan.
Intuisi itu lahir karena adanya pengalaman (experince). Oleh karena itu pengembangan keterampilan (psikomotorik) siswa dirasa lebih penting dibanding dengan aspek kognitif. Selain itu aspek afektif  tidak kalah penting dengan aspek psikomotorik maupun kognitif. Ketiga apek tersebut harus digabungkan untuk saling bersinergi dalam menghasilkan kecerdasan intuisi. Jadi, guru jangan terlalu menekankan pada aspek kognitif saja dalam proses pembelajaran, akan tetapi juga lebih menekankan pada keterampilan dan pengalaman. Jika guru tidak ingin siswanya kehilangan intuisinya.

REFLEKSI MATEMATIKA PERTEMUAN PERTAMA


Pembelajaran matemetika selama ini ternyata masih salah. Masih banyak  guru yang menggunakan metode tradisional yaitu dengan ceramah. Guru hanya menganggap muridnya sebagai obyek tanpa memperhatikan potensi yang dimiliki oleh siswa. Guru kurang menghargai kemampuan yang dimiliki siswa dan cenderung terkesan menggurui. Guru seharusnya juga berperan sebagai fasilitator bukan malah bersikap otoriter terhadap siswa. Seharusnya guru mengemas materi pelajaran matematika menjadi sesuatu yang dapat menarik siswa untuk belajar. Guru jangan terlalu menekan dan menuntut siswa untuk menuruti semua kehendak yang guru inginkan akan tetapi lebih mendengarkan suara hati dan keinginan siswanya. Karena segala sesuatu tidak bisa dipaksakan biarlah siswa yang menyampaikan dan mengembangkan apa yang mereka inginkan. Dan biarlah siswa itu sendiri yang menkaji lebih dalam segala sesuatunya.
Guru harus tahu bahwa kemampuan siswa yang satu dengan siswa lainnya berbeda, jadi guru jangan terlalu menuntut hasil yang sama antara siswa yang satu dengan yang lainnya setelah proses pembelajaran berakhir. Bukankah dalam suatu pembelajarannya yang paling terpenting adalah prosesnya. Sehingga siswa tidak merasa tersisihkan dari dalam kelas ketika mereka mendapat nilai yang kurang memuaskan dari hasil proses pembelajaran. Guru juga harus memperhatikan setiap siswa, mengenali karakter, mengenali satu persatu keperibadian siswanya dan memahami apa yang mereka inginkan dalam proses pembelajaran agar materi yang disampaikan mudah diterima oleh siswa. Bukan malah menjadikan siswa sebagai obyek yang bisa di ekploitasi dan menjadikan siswa tidak bisa mengembangkan apa yang dimilikinya. Akan tetapi menjadikan siswa sebagai subyek yang dilibatkan secara langsung dan berperan aktif dalam pembelajaran. Seharusnya guru juga harus bersikap demokrasi yaitu memperlakukan siswa secara adil. Tidak membeda-bedakan mana siswa yang duduk didepan, siswa yang pintar, siswa yang kurang pintar dan sebagainya. Karena setiap siswa mempunyai hak sama. Guru bukan seseorang yang sempurna didunia ini karena kesempurnaan itu hanya milik tuhan. Jadi seorang guru jangan terkesan menggurui karena hal tersebut bagi siswa terkesan sombong.
            Oleh karena itu sudah saatnya cara mengajar seorang guru harus diubah. Cara mengubah seorang guru menjadi inovatif seperti halnya membuat sebuah kue. Hal yang pertama kita lakukan adalah menyiapkan komponen-komponen dalam pembelajaran. Komponen-komponen tersebut adalah  siswa, metode, materi, guru. Kemudian mengaitkan antar komponen-komponen tersebut menjadi sesuatu yang relevan. Setelah komponen- komponen tersebut sudah saling berinteraksi dan menjadi satu kesatuan yang utuh maka tujuan pembelajaran akan tercapai. Dengan tercapainya tujuan pembelajaran yang dicapai oleh siswa diharap siswa mampu mengiplementasikan dalam kehidupan nyata. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan diperlukan prinsip demokratis yaitu dari siswa untuk siswa dan oleh siswa. Jadi siswa sendiri yang mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Guru hanya menjadi fasilitator bagi siswa yaitu melayani segala sesuatu yang diinginkan ketika siswa membutuhkan. Siswa bukanlah robot yang bisa diperlakukan sesuai dengan keinginan guru. Untuk menjadi guru yang inovatif diperlukan perubahan yang mendasar baik dari segi pola, pradigma, metode, pengetahuan, niat, doa, hingga sikap. Dimulai dari will yaitu meluruskan niat untuk mengubah dan membuat  program pembelajaran menjadi inovatif yang menyenangkan untuk siswa. Setelah meluruskan niat, guru juga harus mengubah attitude yaitu guru harus bergaul dengan orang yang dapat membantu guru dalam mengubah sikap menjadi guru yang inovatif yaitu dapat memberdayakan siswanya. Apabila semua cara tersebut dilakukan maka guru akan menjadi guru yang inovatif yang menghasilkan peserta didik yang memiliki skill, knowledge, dan experience.
1.      Apakah pembelajaran diSD untuk saat ini sudah menggunakan metode yang efektif dan efisiensi? Jika belum metode seperti apa yang harus digunakan?
2.      Bagaimana kriteria seorang guru yang cocok untuk siswa Sekolah Dasar?
3.      Apakah dalam proses pembelajaran matematika nilai dan norma juga dibutuhkan guna menunjang pembelajaran yang efektif dan efisiensi?

Selasa, 19 Februari 2013

REFLEKSI (PERAN PENELITIAN DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MATEMATIKA)


Penelitian itu bukan hanya digunakan untuk mengkaji sesuatu yang ilmiah. Akan tetapi  Penelitian dapat digunakan juga  untuk mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan bidang kependidikan. Dari artikel diatas kita menjadi tahu bahwa peran penelitian sangat dirasa maanfaatnya untuk dunia pendidikan khususnya. Dengan melakukan penelitian kita menjadi tahu problem apa yang sedang menjadi masalah dalam pembelajaran diSD. Aspek mana yang harus dikaji lebih dalam dan bagaimana cara menyelesaikannya. Selain itu dengan melakukan penelitian kita akan menemukan inovasi metode-metode pembelajaran yang lebih variatif. Yang nantinya sangat berguna untuk dapat kita terapkan dalam mengajar didalam kelas. Penelitian juga dapat mengembangkan pendidikan matematika yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih konseptual baik dari segi metode, media maupun materinya.
1.      Untuk saat ini seberapa jauh peran penelitian dalam dunia pendidikan khususnya dalam pendidikan matematika?
2.      Apakah penelitian mampu mengatasi dan memberi solusi segala problem matematika yang saat ini menjadi momok dalam dunia pendidikan?

REFLEKSI (PROBLEM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD)


Asumsi bahwa matematika sulit itu sudah tertanam sejak berada disekolah dasar. Sepertinya asumsi tersebut sudah membudaya dalam masyarakat dan sulit dihilangkan. Matematika selalu menjadi problem tersendiri dalam dunia pendidikan. Sampai saat ini belum ditemukan bagaimana belajar matematika yang tepat untuk anak SD. Karena pada hakekatnya cara belajar anak SD itu berbeda antar satu siswa dengan siswa lainnya. Oleh karena itu perlu dilakukan inovasi metode pembelajaran pada jenjang Sekolah Dasar. Agar pembelajaran matematika pada Sekolah Dasar lebih menarik dan tidak membosankan. Dengan begitu persepsi bahwa matematika itu sulit akan hilang dan siswa lebih bersemangat untuk belajar.
1.      Bagaimana agar problem matematika dalam artikel tersebut akan hilang satu-persatu?
2.      Apakah problem-problem tersebut akan terus menjadi masalah yang pelik yang sulit dipecahkan? Bagaimana solusi yang tepat untuk menghilangkan problem tersebut?

REFLEKSI (PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEPERTI APA YANG KITA HARAPKAN DI SD)


Saya sangat setuju dengan artikel diatas yang menyatakan bahwa pembelajaran matematika harus relevan terhadap masyarakat dan sesuai dengan pengalaman anak. Dengan memperhatikan aspek tersebut pembelajaran matematika bukan menjadi sesuatu yang sulit akan tetapi menjadi sesuatu yang mudah dimengerti dan dipelajari oleh siswa. Karena hal tersebut berkaitan erat dengan pengalaman hidup siswa. Langkah-langkah pembelajaran yang disebutkan dalam artikel tersebut yang dimulai dari tahap persiapan hingga penutup sangat perlu diimplemantasikan dalam proses pembelajaran. Agar siswa dapat mengembangkan semua potensi yang dimilikinya dan bukan sekedar menjadi obyek guru semata. Siswa dapat menemukan cara yang tepat untuk belajar matematika yang mudah, yang tentunya sesuai dengan kemapuan yang dimiliki siswa. Dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran tersebut dibutuhkan strategi dan metode tersendiri, yang pastinya lebih kreatif dan inovatif dari metode sebelumnya.
1.      Bagaimana jika metode atau langkah-langkah pembelajaran matematika realistic kurang disenangi atau diterima oleh beberapa siswa? Dan bagaimana solusinya?
2.      Apakah metode tersebut lebih efisiensi dan efektif dari metode lainnya bagi siswa? Jika iya mengapa?

REFLEKSI (PROBLEM UTAMA INOVASI PEMBELAJARAN (MATEMATIKA) PADA PLPG DAN SERTIFIKASI GURU.


Pembelajaran pada sekolah-sekolah umumnya masih menggunakan metode yang sama yaitu masih menggunakan metode tradisional yang sering disebut dengan ceramah. Dengan metode seperti ini siswa cenderung menjadi siswa yang pasif dan tidak bisa berkembang. Padahal jika diberi kebebasan untuk mengembangkan semua potensinya siswa akan menjadi siswa yang aktif. Siswa itu bukan obyek akan tetapi siswa adalah subyek. Yang harus dikembangkan agar menjadi pribadi yang lebih mandiri. Guru adalah fasilitator dalam proses pembelajaran sehingga guru sebiasa mungkin harus bisa mengembangkan metode pembelajaran yang lebih inovatif yang dapat menarik minat siswa. Masalah yang dihadapi guru pada umumnya sama yaitu guru kurang bisa mengembangkan materi yang akan diajarkan kepada siswa. Guru kurang mahir dalam menengani berbagai karakter siswa yang membutuhkan berbagai macam metode dalam mengajar. Oleh karena itu dengan adanya program Pusat Latihan Pendidikan Guru (PLPG) dan Pendidikan Profesi Guru diharapkan guru dapat memiliki kecakapan dan kemampuan dalam menangani berbagai macam karakter siswa. Dapat mengembangkan berbagai ide untuk menciptakan inovasi metode pembelajaran . Sehingga guru akan menjadi pribadi yang dapat digugu dan ditiru oleh siswanya. Menjadi pribadi yang dapat mengembangkan potensi peserta didik menuju geerasi emas.
1.      Saat ini banyak kita temui guru yang mengikuti program Pusat Latihan Pendidikan Guru (PLPG) sebagai ajang untuk mendapat sertifikasi?
2.      Apakah program Pusat Latihan Pendidikan Guru (PLPG) sepenuhnya dapat berjalan dengan maksimal? Dan apakah guru dapat disebut professional jika tidak mengikuti program PLPG?

Minggu, 17 Februari 2013

REFLEKSI (ELEGI PERMINTAAN SI MURID CERDAS KEPADA GURU MATEMATIKA)

Hingga saat ini beberapa guru bahkan kebanyakan dari mereka masih menggunakan metode yang sama dalam mengajar. Mereka belum memahami benar apa peran guru yang sesungguhnya. Mereka berpikir dengan menyampaikan ilmu secara terus menerus kepada siswa tanpa memperhatikan kemampuan serta potensi yang dimiliki siswa akan membuat siswa menjadi paham akan materi yang guru sampaikan. Padahal tanpa mereka sadari justru cara tersebut membuat siswa menjadi tidak mengerti dengan apa yang disampaikan. Keluhuhan yang disampaikan siswa dalam artikel tersebut tidak berbeda jauh dengan apa yang saya rasakan beberapa tahun yang lalu bahkan sampai detik ini. Beberapa guru masih menggunakan cara tersebut. Guru tidak berperan sebagai fasilitator akan tetapi sebagai dictator. Kebanyakan  Guru masih menggunakan metode tradisional dalam mengajar yaitu ceramah. Seharusnya guru dapat menyajikan materi dalam bentuk kemasan yang menarik dan inovatif dan melakukan inovasi metode pembelajaran untuk siswa. Agar siswa lebih tertarik terhadap materi yang disampaikan. Guru juga jangan terlalu menuntut dan menekan siswa untuk menuruti semua kehendak yang guru inginkan. Siswa bukan suatu obyek yang bisa dieksploitasi secara terus-menerus. Siswa seharusnya diberi kebebasaan untuk menembangkan potensi dan bakat yang dimiliki. Dan bukan dijadikan obyek akan tetapi dijadikan sebuah subyek ketika proses pembelajaran berlangsung, dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran tersebut agar siswa lebih mengerti, memahami, menjiwai, mengingat dengan apa yang mereka lakukan. Jangan terlalu menuntut bahwa setiap siswa akan memiliki hasil yang sama dalam setiap akhir proses pembelajaran karena kemampuan, pola pikir setiap siswa berbeda. Oleh karena itu guru dituntut untuk adil dan tidak  pilih kasih terhadap siswa sehingga tidak terjadi kesenjangan antar siswa. Guru juga harus mengubah pradigma yang lama menjadi yang baru dan lebih fleksibel terhadap perkembangan jaman.
            Selama guru masih mengajar dengan cara tradisional maka selama itu pula siswa merasa tertekan dan tidak bisa mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Selain itu siswa akan cenderung tumbuh menjadi siswa yang pasif. Untuk menjadi guru yang inovatif diperlukan perubahan yang mendasar baik dari segi pola, pradigma, metode, pengetahuan, niat, doa, hingga sikap. Di mulai dari will (semangat dan doa) dan attitude (bergaul dengan orang yang sama). Kemudian akan menjadi guru yang inovatif yang mennghasilkan peserta didik yang memiliki skill, knowledge, dan experiment. Bagaimana cara merubah metode pembelajaran yang tradisional (ceramah) menjadi metode yang inovatif untuk siswa?


Sabtu, 16 Februari 2013

sosiologi (lembaga agama)


KELOMPOK 5
AISYA RIFI SANI
EVA PARMAWATI
HARIS TRIYADI
LUCY DIAN RAHMAWATI
PANCA APRIANI
SUKO WATI

LEMBAGA AGAMA
Agama merupakan suatu lembaga atau institusi penting yang mengatur kehidupan rohani manusia. Menurut Emile Durkheim, agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci.
Fungsi lembaga agama antara lain sebagai :
a.Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok.
b.Pengatur tata cara hubungan antar manusia, dan antara manusia dengan Tuhannya.
c. Pedoman perasaan keyakinan
d. Pedoman keberadaan.
Pengungkapan keindahan.
e. Pedoman rekreasi dan hiburan
f. Memberikan identitas kepada manusia
g. Merupakantuntutan tentang prinsip benar atau salah
h. Pedoman untuk mengungkapkan rasa kebersamaan

LEMBAGA KELUARGA
Keluarga adalah unit social yang terkecil dalam masyarakat. Dan juga institusi pertama yang dimasuki seorang manusia ketika dilahirkan
Dalam kehidupan di masyarakat kita kenal tiga macam bentuk keluarga, yaitu :
        keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak belum menikah
        keluarga besar merupakan ikatan keluarga  dalam satu keturunan yang terdiri atas kakek, nenek, ipar, paman, anak, cucu, dan sebagainya
        keluarga poligamous terdiri dari beberapa keluarga inti yang di pimpin oleh seorang kepala suku
Proses terbentuknya Keluarga:
       diawali dengan adnya interaksi antara pria dan wanita
       Interaksi dilakukan berulang-ulang, lalu menjadi hubungan social yang lebih intim sehingga terjadi proses perkawinan.
       Setelah terjadi perkawinan, terbentuklah keturunan , kemudian terbentuklah keluarga inti
 Tujuan Perkawinan
       Untuk mendapatkan keturunan
       Untuk meningkat derajat dan status social baik pria maupun wanita
       mendekatkan kembali hubungan kerabat yang sudah renggang
       Agar harta warisan tidak jatuh ke orang lain.
Bentuk–bentuk perkawinan
  1. Menurut jumlah suami atau istri
                a. monogami
                b. poligami
                                1. poligini
                                a. poligini sororat
                                b. poligini non-sororat
                                2. poliandri
                                a. poliandri framental
                                b. poliandri non-framental
2. Menurut asal suami atau istri
                a. endogami
                b. eksogami
                                1 (sepihak)
                                2.connubium asymetris
Dalam bentuk perkawinan eksogami, sering juga di masukan dua macam bentuk perkawinan berikut ini :
        homogami
        heterogami
3. Menurut hubungan kekerabatan
  1. Croos cousin (sepupu silang)
  2. Paralel cousin (sepupu sejajar)
4. Menurut pembayaran mas kawin
Biasanya, bila pihak pria tidak mampu membayar mas kawin di lakukan bentuk-bentuk perkawinan berikut ini:
       Perkawinan mengabdi
       Perkawinan lari (kawin lari)
Pola menetap sesudah perkawinan
  1. Patrilokal                             e. untrolokal
  2. Matrilokal                            f. komonlokal
  3. Bilokal                                   g.Avunkulokal
  4. Neolokal                              h.Natalokal
  5.  Fungsi lembaga Keluarga antara lain;           
  6.  1. Fungsi reproduksi
  7. Keluarga mempunyai fungsi reproduksi artinya dari pernikahan diharapkan akan memberikan keturunan.
2.    Fungsi proteksi
Dengan terbentuknya keluarga, terdapat fungsi proteksi yaitu  mendapatkan rasa ketentraman dan keterlindungan baik secara psikologis maupun fisik. 
3. Fungsi ekonomi
  Kerja sama yang baik antara ayah dan ibu di dalam mengelola pendapatan menjadikan keluarga dapat mengfungsikan ekonomi secara efektif dan efisien.
  4. Fungsi sosialisasi
Untuk fungsi sosialisasi anak diajarkan menjalankan kehidupan yang sesuai dengan nilai dan norma masyarakat.
 5. Fungsi afeksi
Keluarga diharapkan akan memberikan kehangatan perasaan pada anggota keluarganya seperti seorang bapak yang tetap memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anaknya yang sedang mendapatkan masalah di sekolah.
     6. Fungsi pengawasan sosial
Pada dasarnya dalam keluarga terdapat saling kontrol (mengawasi) antaranggota keluarga biasanya sering dilakukan oleh anggota keluarga yang lebih tua, hal ini  sebagai rasa tanggung jawab mereka dalam menjaga nama baik keluarga. Contohnya seorang kakak yang mengetahui teman dekat adiknya.
   7. Fungsi pemberian status
Melalui lembaga perkawinan ini, seseorang akan mendapatkan status atau kedudukan yang baru di masyarakat, yaitu sebagai suami atau istri. Fungsi dari status suami adalah sebagai pemimpin dalam rumah tanggaganya sedangkan seorang istri berfungsi sebagai pendamping suami dalam menjaga keutuhan dan keharmonisan rumah tangganya.
Susunan keluarga
1. Bentuk keluarga bilateral
Pada sistem keluarga bilateral
 terdapat beberapa variasi:
       Prinsip ambilineal
       Prinsip konsentris
       Prinsip primogenetur
       Prinsip ultimogenetur
2. Bentuk keluarga unilateral
Ø  Patrilineal
Ø  matrilineal
Unsur lembaga keluarga
  1. Pola prilaku                         : afeksi, kesetian, tanggung jawab, rasa hormat kepatuhan
  2. Budaya simbolis                : mas kawin, cincin kawin, busana pengantin, upacara
  3. Budaya manfaat               : rumah, apartemen, alat rumah tangga, kendaraan
  4. Kode spesialisasi              : izin kawin, kehendak, keturunan, hukum perkawinan
  5. Ideologi                                : cinta, kasih sayang, keterbukaan, familisme, individualisme      
Lembaga pendidikan
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya pada masa yang akan datang. Sekolah merupakan bentuk konkrit dari lembaga pendidikan.
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi nyata atau fungsi  manifest, yaitu:
Ø      Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah. Dengan bekal keterampilan yang diperoleh dari lembaga pendidikan seperti sekolah maka seseorang siap untuk bekerja.
Ø      Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
Ø      Melestarikan kebudayaan masyarakat. Lembaga pendidikan mengajarkan beragam kebudayaan dalam masyarakat.
Ø      Menanamkan ketrampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Sedangkan fungsi laten (fungsi yang tidak disadari )dari lembaga pendidikan adalah sebagai berikut:
§         Mengurangi pengendalian orang tua. Keikutsertaan seorang anak dalam lembaga pendidikan seperti sekolah akan mengurangi pengendalian orang tuanya karena yang berperan saat dalam pengajaran dan pendidikan di sekolah adalah para gurunya.
§         Menyediakan sarana untuk  pembangkangan. Aturan dalam keluarga atau rumah berbeda dengan aturan di sekolah,maka ada beberapa anak yang ingin mencoba melanggar aturan/membangkang, salah satunya bertujuan untuk menarik perhatian orang tuanya.
§         Mempertahankan system kelas social. Adanya jenjang pendidikan secara tidak langsung telah mempertahankan system kelas sosial seperti adanya kelas-kelas dalam lembaga pendidikan (kelas 1 sampai kelas XII )
§         Memperpanjang masa remaja. Anak yang bersekolah hingga kelas XII akan menikmati masa remajanya berbeda dengan anak yang berhenti sekolah
Unsur-unsur lembaga pendidikan
  1. Pola prilaku                         : cinta pengetahuan, kehadiran, meneliti, semangat belajar
  2. Budaya simbolis                : seragam sekolah, maskot, lagu-lagu sekolah, logo
  3. Budaya manfaat               : kelas, perpustakaan, buku, labolatorium, lapangan
  4. Kode spesialisasi              : akreditasi, tata tertib, kurikulum, tingkatan/strata
  5. Ideologi                                : keberhasilan akademis, pendidikan progesif, inovativ, klasikisme
LEMBAGA EKONOMI
Pada hakekatnya tujuan yang hendak dicapai oleh lembaga ekonomi adalah terpenuhinya kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidup masyarakat.
Fungsinya dari lembaga ekonomi adalah :
1.memberi pedoman untuk mendapatkan bahan pangan
2.memberikan pedoman untuk melakukan pertukaran barang/barter
3.memberi pedomantentang harga jual beli barang
4.memberi pedoman untuk menggunakan tenaga kerja
5.memberikan pedoman tentang cara pengupahan
6.memberikan pedomantentang cara pemutusan hubungan kerja
7.memberi identitas bagi masyarakat.
 
 Struktur lembaga ekonomi
Secara sederhana, lembaga ekonomi dapat diklasifikasikan sb;
       sector agraris yang meliputi sector pertanian, seperti sawah, perladangan, perikanan, dan pertenakan.(Gathering/pengumpulan) yaitu proses pengumpulan barang atau sumberdaya alam dari lingkungannya.
       sector industri ditandai dengan kegiatan produksi barang.(production)
       sector perdagangan merupakan aktifitas penyaluran barang dari produsen ke konsumen {Distributing) yaitu proses pembagian barang dan komonditas pada subsistem-subsistem lainnya.
Ada beberapa unsur lembaga ekonomi :
1. Pola perilaku : efisiensi, penghematan, profesionalisme, mencari keuntungan
2. Budaya simbolis : merk dagang, hak paten, slogan , lagu komersial
3. Budaya manfaat : took, pabrik,pasar, kantor, balngko, formulir.
4. Kode spesialisasi : kontrak, lesensi, kontrak monopoli, akte perusahaan
5. Ideologi : liberalisme, tanggungjawab ,manajerial, kebebasan beryusaha, hak buruh.
POLA-POLA POLITIK EKONOMI
  1. Sistem feodalisme
  2. Sistem merkatilisme
  3. Sistem kapitalisme
  4. Sistem komunisme
  5. Sistem sosialisme
LEMBAGA POLITIK
Lembaga politik adalah keseluruhan tata nilai dan norma yang berkaitan dengan kekuasaan. Misalnya keanggotaan DPR sebagai sarana aspirasi rakyat.
BENTUK NEGARA
  1. Negara kesatuan
  2. Negara federasi
BENTUK PEMERINTAHAN
  1. Republik
  2. Monarki
  3. Kekaisaran
BENTUK KEKUASAAN
Kekuasaan dapat di peroleh melalui cara-cara:
  1. Kewibawaan lahiriah
  2. Tradisi atau keturunan
  3. Pemberian secara formal
  4. Lembaga politik memiliki beberapa fungsi yaitu:
1. Memelihara ketertiban di dalam negeri (internal order)
Lembaga politik memiliki fungsi untuk memelihara ketertiban didalam masyarakat dengan menggunakan wewenang yang dimilikinya, baik dengan cara persuasif  (penyuluhan )maupun cara koersif (kekerasan).
2. Menjaga keamanan di luar negeri (eksternal order)
Lembaga politik memiliki fungsi untuk mempertahankan negara dari ancaman atau  serangan yang datang dari negara lain melalui jalan diplomasi ataupun dengan perang seperti TNI AL
3. Mengusahakan kesejahteraan umum (general welfare)
Lembaga politik memiliki fungsi   untuk merencanakan dan melaksanakan pelayanan- pelayanan sosial serta mengusahakan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat seperti organisasi politik yang melakukan bakti sosial.
4. Mengatur proses politik
Lembaga politik memiliki fungsi mengatur proses persaingan untuk memperoleh kekuasaan agar tidak mengancam keutuhan masyarakat (bangsa dan negara) seperti adanya kesepakatan politik dari beberapa partai politik dalam menyikapi kebijakan pemerintah.