Rabu, 20 Maret 2013

REFLEKSI (Dari Lembah Menuju Puncak Gunung Matematika)


Dalam pertemuan pada tanggal 14 maret 2013 kemarin, yang disampaikan oleh Bapak Marsigit kita dapat memetik banyak pelajaran dari proses pembelajaran  yang ada di Australia dan Thailand. Pembelajaran kedua negara tersebut sudah mengacu pada pembelajaran yang inovatif. Dimana siswa yang memecahkan masalah (problem solving), mengenai konsep-konsep yang belum dipahami siswa. Dengan bercermin pembelajaran dari kedua Negara tersebut, diharap pendidikan Indonesia akan lebih maju dengan sistem yang lebih inovatif, kreatif, dan modern.
Pembelajaran matematika membutuhkan accountability (percaya) dan susstaibility (terus). Kedua aspek tersebut saling berkaitan walaupun dalam keadaan sadar maupun tidak sadar, terasa atau tidak terasa, tidur atau tidak tidur. Matematika membutuhkan accountable (kepercayaan) seperti halnya dengan kepercayaan yang diberikan orang tua kita masing-masing kepada kita.
Matematika itu adalah Hermeneutics of life (hermatika kehidupan) yang didalam nya terdapat hermeneutic cycle, text, interpretation, practical, dan unconstrained. Semua komponen yang ada dalam Hermeneutics of life tersebut saling berkaitan satu sama lain sehingga bisa saling menerjemahkan dan diterjemahkan satu sama lain. Dalam metode Hermeneutics of life  (hermatika kehidupan) pembelajaran harus ada daya dan inisiatif. Pembelajaran matematika harus bisa menerjemahkan dan diterjemahkan. Misalnya guru menerjemahkan siswa, siswa menerjemahkan matematika, guru menerjemahkan matematika, matematika menerjemahkan siswa dan lain sebagainya.
Dalam sebuah proses pembelajaran diibaratkan bahwa proses pembelajaran itu seperti halnya dengan mendaki ke puncak gunung. Banyak rintangan dan hambatan-hambatan yang harus dilewati untuk sampai kepuncak gunung tersebut. Untuk sampai ke puncak gunung tersebut dibutuhkan peta dan kompas sebagai petunjuk arah agar perjalanan tidak tersesat sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai pada tujuan. Kompas yang dimaksud disini yaitu guru yang berperan sebagai fasilitator untuk siswa. Mendaki gunung itu diawali dari lembah kemudian baru menuju kepuncak. Diawali dari yang rendah baru menuju  ketinggi. Seperti halnya dengan matematika. Pertama siswa dikenalkan dengan matematika konkret atau nyata yaitu guru memperkenalkan matematika dengan menunjukan contoh benda-benda yang ada disekitar siswa dan biasanya siswa selalu berhubungan langsung dengan benda-benda tersebut. Contohnya ketika makan, gelas dan mangkuk yang digunakan siswa sebagai contoh bangun ruang. Matematika konkret atau nyata mudah diterima siswa. Hal ini disebabkan matematika konkret berhubungan langsung dengan kehidupan siswa. Selanjutnya apabila siswa telah memahami matematika konkret, siswa akan naik ketingkatan yang lebih tinggi, yaitu matematika formal, normatif, dan puncak yang paling tinggi yaitu spiritual. Dengan membangi matematika menjadi tingkatan-tingkatan siswa menjadi tahu bahwa pembelajaran matematika itu sebenarnya dimulai dari lingkungan sehari-hari.
Matematika adalah pattern & relationship, problem solving, investigation, dan communication. Matematika adalah pattern & relationship (mencari hubungan dan pola) yaitu siswa dituntut untuk menemukan pola-pola hubungan terhadap suatu permasalahan, mengkaji lebih dalam serta dapat menarik kesimpulan dari hasil pengkajian tersebut. Setelah siswa mengkaji lebih dalam dan menemukan pola-pola hubungan, baru kemudian matematika berfungsi sebagai promlem solving (pemecahan masalah). Dimana siswa yang memecahkan sendiri permasalahan tersebut. Guru hanya sekedar membantu siswa apabila ada suatu permasalahan yang benar-benar tidak bisa dipecahkan oleh siswa. Matematika juga berperan sebagai investigation (penemuan) yaitu siswa menemukan hal-hal baru dari analisis masalah yang dihadapi, mendorong siswa untuk lebih berpikir kreatif dan inovatif serta dapat menemukan gagasan-gagasan barumenuju pembelajaran yang inovatif. Dan yang terakhir matematika sebagai communication (komunikasi) yaitu matematika dapat membangun hubungan komunikasi baik siswa dengan siswa maupun guru dengan siswa.
A priori adalah logika atau pikiran, seorang yang bermanfaat apabila seseorang dapat menyumbangkan pikirannya secara sistematis. sedangkan a posteriori adalah pengalaman, seseorang pasti mempunyai pengalaman baik maupun buruk. Pengalaman tersebut dapat digunakan sebagai pondasi menuju kehidupan yang lebih baik. Apabila A priori (logika) dan a posteriori (pengalaman) di sinergikan maka akan menjadi sintetik a priori atau ilmu.
Segala sesuatu itu tergantung niatnya. Pekerjaan sekecil apapun jika niatnya tulus maka akan menjadi pahala. Seperti halnya dengan pembelajaran matematika, seharusnya guru dalam kegiatan pembelajaran yaitu membimbing dan mengajar dijadikan menjadi suatu hal yang bernilai ibadah. Dengan begitu kegiatan pembelajaran akan bermanfaat dan tentunya akan mendapat pahala. Selain itu matematika seharusnya diberikan kepada siswa yang sudah siap untuk menerima materi pembelajaran matematika. Jika matematika diberikan kepada siswa yang tidak siap maka akan menjadi suatu bencana atau tsunami bagi siswa. Oleh karena itu, sebelum menerima pembelajaran matematika siswa harus dipersiapkan sedemikian rupa sehingga siswa tidak akan mengalami bencana atau tsunami.




REFLEKSI (Mathematics and Language 2)


Segala sesuatu itu tidak bisa dipaksakan. Jika dipaksakan akan menjadi bencana. Seperti halnya dengan matematika, guru tidak bisa memaksakan siswa untuk menyukai matematika. Apabila dipaksakan siswa akan terkena bencana. Karena sebenarnya matematika sudah berada dalam diri siswa yang menyatu dalam jiwa dan pikiran. Jadi matematika akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan pengalaman siswa. Tumbuh dan berkembangnya pengalaman akan membantu siswa dalam meningkatkan Intuisi. Dimana intuisi dapat membantu siswa untuk mengembangkan olah pikirnya. Dengan begitu, rasa suka terhadap matematika tidak bisa dipaksa. Rasa suka itu harus tumbuh dari hati, karena segala sesuatu yang dilakukan dengan niat yang ikhlas dan sepenuh hati akan bernilai ibadah.

REFLEKSI (Mathematics and Language 10)


Manusia di ciptakan Allah dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dengan kelebihanya manusia dapat menciptakan teknologi yang dapat membantu mempermudah kehidupannya. Dalam dunia pendidikan teknologi sangat diperlukan guna menunjang pendidikan yang inovatif. Teknologi seolah-olah sudah menjadi makanan sehari-hari untuk siswa. Segala kegiatan pembelajaran tidak lepas dari teknologi. Seperti laptop, LCD, HP, dan Internet. Dengan mennggunakan Internet kita dapat berada diberbagai belahan dunia melalui dunia maya. Bertukar informasi, berdiskusi, dan lain sebagainya dapat kita lakukan melalui internet. Teknologi dapat memberi dampak positif dan negatif bagi siswa, tergantung pada diri siswa masing-masing. Bagi siswa yang dapat memanfaatkan teknologi dengan baik, teknologi akan memberikan manfaat bagi siswa. Akan tetapi bagi siswa yang tidak mampu memanfaatkan teknologi dengan baik, teknologi akan menjadi bencana bagi siswa. Oleh karena itu, siswa harus bisa memanfaatkan teknologi dengan baik agar tidak jatuh pada lembah kenistaan.

REFLEKSI (Masukkan untuk Perbaikan Draft Kurikulum 2013_ Oleh Marsigit)


Dengan membaca artikel ”Masukkan untuk Perbaikan Draft Kurikulum 2013_ Oleh Marsigit”, pikiran saya menjadi terbuka bahwa pergantian kurikulum KTSP 2006 menjadi kurikulum 2013 perlu dilakukan. Saya yang semula kontra dengan adanya pergantian kurikulum KTSP 2006 menjadi kurikulum 2013, sekarang menjadi setuju setelah membaca klarifikasi dan pemaparan tentang pentingnya kurikulum 2013 oleh bapak marsigit. Dulu saya menganggap bahwa kurikulum 2013 akan membawa bencana bagi siswa dan guru. Akan tetapi setelah membaca uraian dan saran artikel diatas saya menjadi tahu bahwa hendaknya kurikulum 2013 harus berlandaskan dari UUD 1945 dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dijabarkan guna menciptakan pendidikan karekter bagi siswa maupun guru. Pancasila merupakan klausial material yaitu nilai-nilai pancasila sudah ada sejak nenek moyang kita (sebelum bangsa Indonesia merdeka). Jadi, dengan adanya nilai-nilai pancasila yang sejatinya sudah berada dalam kehidupn sehari-hari kita kurikulum 2013 akan mudah terealisasi dan diterima oleh masyarakat.

REFLEKSI (News Update: Koalisi Pendidikan Menolak Kurikulum 2013 Tolak Perubahan Kurikulum Pendidikan)


Setiap perubahan akan mengakibatkan dampak positif maupun negative. Hal ini selaras dengan perubahan kurikulum dari KTSP 2006 menjadi kurikulum 2013 yang menuai pro dan kontra dalam dunia pendidikan. Para Koalisi Pendidikan, Praktisi Pendidikan, Federasi Serikat Guru Indonesia, Orang Tua Murid, dan ICW menolak perubahan kurikulum pendidikan KTSP 2006 menjadi Kurikulum 2013 dengan alasan bahwa kurikulum 2013 belum memiliki latar belakang yang kuat dan terkesan terburu-buru. Mereka menganggap bahwa mengganti kurikulum tidak menjamin bahwa pendidikan di Indonesia akan maju. Seharusnya, sebelum dilakukan perubahan kurikulum hendaknya guru terlebih dahulu diberi bekal pengetahuan agar dalam menghadapi kurikulum 2013 guru tidak mengalami hambatan. Karena kurikulum 2013 menuntut siswa untuk lebih inovatif dan kreatif dalam menyajikan materi yang akan disampaikan. Apabila guru tidak bisa mengemas materi pembelajaran menjadi inovatif maka kurikulum 2013 tidak akan berjalan. Oleh karena itu, hendaknya sebelum di lakukan evolusi kurikulum dilakukan peningkatan kualitas guru dengan cara memberikan pelatihan. Dengan begitu guru akan menjadi lebih siap dalam menghadapi kurikulum 2013. Dan yang perlu diingat bahwa sebelum melakukan perubahan kurikulum KTSP 2006 menjadi kurikulum 2013 adalah perlu dilakukan evaluasi kurikulum sebelumnya. Selain itu, perubahan kurikulum harus melibatkan para guru dan pakar pedagogik dalam proses penyusunan kurikulum. Dan jangan memaksakan pergantian kurikulum apabila guru dan siswa belum siap maka akan terjadi bencana.

Minggu, 17 Maret 2013

REFLEKSI VIDEO KELAS 2 SD (Bercermin dari Pendidikan Jepang yang Inovatif)



            Sistem pendidikan antara negara satu dengan negara lain tentunya memiliki perbedaan. Begitupun dengan pendidikan di Indonesia dan pendidikan di Jepang yang cukup memiliki perbedan signifikan. Mulai dari sistem, metode, cara, hingga guru semuanya berbeda. Melalui tayangan video pembelajaran di Jepang, kita dapat belajar untuk menuju pendidikan yang lebih baik.
Dalam video tersebut, proses pembelajaran dimulai dengan guru melakukan apersepsi kepada peserta didiknya dengan cara mengaitkan materi yang akan dipelajari, sebagai pengantar sebelum proses pembelajaran dimulai. Apersepsi tersebut dimaksudkan untuk mengingatkan kembali materi yang dipelajari siswa sebelumnya. Selanjutnya guru memberikan penjelesan singkat mengenai materi yang akan disampaikan. Guru yang terlibat dalam pembelajaran tergabung dalam teaching team. Guru berperan sebagai peneliti dan bersama-sama dalam memecahkan masalah. Setelah apersepsi dan penjelasan singkat mengenai materi yang akan diberikan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara dan menyampaikan pendapatnya dengan tujuan untuk menyamakan konsep antara guru dengan siswa. Agar diperoleh persamaan konsep materi antara guru dan siswa yang berada dalam ruang kelas tersebut. Setelah diperoleh persamaan konsep antara guru dengan siswa baru kemudian guru membagikan LKS (student worksheet) kepada siswa sebagai media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Setiap siswa memperoleh LKS (student worksheet), guru memberikan waktu kepada siswa untuk menegmbangkan potensi yang dimilikinya melalui media pembelajaran yang diberikan. Serta siswa dapat mengembangkan kecerdasan olah pikirnya terhadap materi yang disajikan. Melalui media pembelajaran yang disediakan siswa diberi kebebasan untuk mengeksplor kemampuannya untuk menemukan hal-hal baru yang belum pernah ditemukan, memecahkan berbagai persoalan yang semakin mengembangkan olah pikir siswa. Dalam proses pembelajaran tersebut guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam diskusi untuk pemecahan masalah (problem solving), memberi gambaran tentang konsep-konsep yang belum dipahami oleh siswa sesuai dengan yang dibutuhkan.
Guru memberikan materi sepenuhnya kepada siswa. Siswa sendiri yang mengolah segala macam bentuknya. Jika ada hal-hal yang tidak dipahami siswa baru guru memberikan penjelesan mengenai masalah yang sedang dihadapi siswa. Selanjutnya siswa sendiri yang memecahkan masalah tersebut hingga ditemukan solusinya. Metode yang digunakan dan dikembangkan guru Jepang ini yaitu metode demokrasi dengan prinsip dari siswa, untuk siswa, dan oleh siswa. Guru juga mengemas materi sedemikian rupa sehingga siswa tidak hanya mampu menentukan jawaban dari persoalan yang akan dipecahkan akan tetapi siswa diharapkan mampu menganalisis secara mendalam tentang konsep materi tersebut. Mengungkapkan bahwa dalam sebuah permasalahan tidak hanya bisa dipecahkan melalui satu cara, akan tetapi melalui beberapa cara yang bisa dikembangkan.
Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil untuk mengulas dan menyamakan persepsi tentang konsep yang telah dipelajari dari materi yang diberikan. Apabila siswa mengalami perbedaan persepsi dalam berdiskusi, guru akan menjadi pihak penengah dan memberi masukan dalam proses persamaan konsep. Kemudian siswa menjelaskan dan mengungkapkan mengenai hasil dari diskusi yaitu berupa analisis masalah. Analisis masalah antara siswa satu dengan siswa lainya berbeda tergantung pemahaman siswa. Walaupun begitu guru tetap menghargai hasil olah pikir siswanya ketika ada siswa yang belum bisa memecahkan masalah secara sempurna. Siswa juga diberi kesempatan untuk bertanya kepada temannya yang sedang menjelaskan uraian materi didepan kelas apabila belum jelas dengan penjelasan yang diberikan.
 Melalui metode pembelajaran yang diberikan tersebut siswa mampu mengembangkan sifat rasa percaya diri, berani berpendapat sehingga mampu melatih kepekaan intuisi siswa. Intuisi adalah pemahaman, pengetahuan yang tidak bisa dijelaskan atau didefinisikan. Dengann berkembangnya intuisi siswa maka pemahaman siswa akan semakin berkembang.

Sabtu, 09 Maret 2013

REFLEKSI(Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 9: School Mathematics)


Menurut  Ebbutt and Straker (1995) mendefinisikan SCHOOL MATHEMATICS, hakekat Matematika Sekolah sebagai berikut:
1. Matematika adalah kegiatan penelusuran pola atau hubungan
2. Matematika adalah kegiatan problem solving
3. Matematika adalah kegiatan investigasi
4. Matematika adalah komunikasi
Dari keempat poin diatas tentunya memiliki hubungan yang saling keterkaitan antara point yang satu dengan yang lainnya. Keempat point tersebut tentu sebuah proses menuju pembelajaran yang inovatif. Matematika sebagai pola merupakan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan dan ruang. Matematika sebagai problem solving akan membantu siswa untuk mengembangkan kemampuanya serta membantu siswa untuk berekplorasi, serta dapat memecahkan masalahnya dengan pikiran dan gagasan-gagasan emas yang dimilikinya. Matematika sebagai kegiatan investigasi akan mendorong siswa untuk menemukan solusi dari suatu permasalahan yang dihadapi. Serta dapat mengembangkan rasa keingintahuanya terhadap suatu hal. Sedangkan matematika sebagai komunikasi untuk mengenalkan bahwa dalam simbol matematika juga terdapat makna. Matematika merupakan bahasa, artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berfikir, alat untuk menemukan pola, tetapi matematika juga sebagai wahana komunikasi antar siswa dan komunikasi antara guru dengan siswa. Bahasa yang di gunakan dalam matematika dengan menggunakan simbol-simbol.

REFLEKSI (Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 6: Apakah Matematika itu Ilmu?)


Dengan membaca artikel diatas kita menjadi tahu bahwa INTUISI itu penting dan perlu untuk dikembangkan sejak dini. INTUISI timbul karena adanya suatu pengalaman. Matematika dikatakan ilmu jika dibangun di atas INTUISI. Matematika akan menjadi ilmu jika dibangun diatas kerangka ruang dan waktu. Dengan begitu diharap guru dapat membantu siswa untuk mengembangkan INTUISI dengan cara membiasakan siswa untuk berinteraksi dalam lingkungan sekitar saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam artikel tersebut kant menyimpulkan bahwa "Matematika akan menjadi Ilmu jika dia bersifat SINTETIK A PRIORI". Maksud dari A priori adalah logika atau pikiran, seorang yang bermanfaat apabila seseorang dapat menyumbangkan pikirannya secara sistematis. Oleh karena itu, matematika perlu dibangun berdasarkan INTUISI dan bersifat SINTETIK A PRIORI.

REFLEKSI (Elegi Guru Menggapai Perubahan)


Segala sesuatu  itu tak ada yang instan. Segala sesuatu itu perlu proses. Seperti halnya dengan perubahan, memerlukan proses. Harus dilakukan step by step, tidak bisa dilakukan secara instant. Perubahan itu sunatullah dan tidak bisa dipaksakan. Segala sesuatu yang ada didunia ini tentunya akan mengalami perubahan, baik positif dan negative. Semua itu tergantung pada diri individu masing-masing. Perubahan itu harus didasari dengan kemauan diri sendiri. Kemudian niat, alasan melakukan perubahan, pemahaman tentang perubahan, membiasakan diri dengan perubahan yang dilakukan, dan yang terakhir kita harus selalu bercermin pada diri kita sendiri sebagai gambaran untuk menuju kearah yang lebih baik.
Konteks perubahan itu tidak hanya sebatas pada diri individu. Dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaranpun perlu dilakukan perubahan. Karena perubahan merupakan sebuah sistem maka hal pertama yang dapat kita lakukan yaitu melakukan kerja sama dengan orang lain. Dalam melakukan kerjasa sama kita harus selalu bersikap jujur dan terbuka terhadap patner kita. Dengan jujur dan terbuka semuanya akan menjadi mudah. Tidak ada ketimpangan persepsi antara keduanya yang dapat menimbulkan perpecahan. Selanjutnya dalam melakukan perubahan guru harus mempunyai arah, mimiliki nilai positif, dan tentunya dapat bermanfaat untuk dunia dan akhirat. Apalah arti sebuah perubahan jika perubahan tersebut tidak bermanfaat bagi orang lain, karena sebaik-baiknya umat jika dia bermanfaat bagi orang lain. Menerapkan metode lesson study pada pembelajaran merupakan salah satu cara inovatif yang perlu dikembangkan. Hal tersebut sudah sepentasnya menjadi contoh untuk melakukan inovasi pembelajaran yang lebih inovatif. Perlu di ingat juga bahwa untuk menuju kedalam pembelajaran  yang inovatif diperlukan faktor-faktor pendukung sperti visi dan misi. Visi dan misi ini harus jelas, ibarat sebuah kehidupan visi dan misi itu ibarat sebuah nafas. Jadi jika nafas berhenti semua kehidupan akan terhenti juga. Mungkin seperti itu lah filosofinya. Satu hal lagi yang perlu diingat bahwa perubahan itu membutuhkan waktu yang cukup lama, kita bukan TUHAN yang cukup hanya mengatakan ”kun fayakun” maka semua akan berubah dengan sendirinya. Karena sejatinya perubahan itu hanya milik TUHAN.

REFLEKSI (Forum Tanya Jawab 64 : Burung di Pagi Hari, Jengkerik di Sore Hari)



Dunia pagi dan dunia sore layaknya seperti dua sisi mata uang yang sulit untuk dipisahkan. Antara dunia pagi dan dunia sore selalu memiliki sekat yang berbeda. Memiliki pembawaan yang berbeda,baik dari segi suasana hingga masalahnya. Dunia sore diibaratkan sebagai pendidikan tradisional sedangkan dunia pagi di ibaratkan sebagai pendidikan inovatif. Kicauan antara burung di pagi hari dan suara jangkrik di sore hari tentu berbeda. Jika kita disuruh mendengar tentu kita akan memilih mendengarkan kicauan burung di pagi hari bukan? Itu lebih mengasyikan. Seperti itukah gambaran pendidikan di indonesia jika kita disuruh memilih kita tentu akan memilih pendidikan yang inovatif yang memberikan kebebasan siswa untuk mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Membiarkan siswa untuk berekplorasi untuk menemukan sesuatu yang baru. Siswa diberi keleluasaan menentukan sendiri pembelajaran seperti apa yang diinginkan dan peran guru hanya sebagai fasilitator.
Untuk mengubah dunia sore menjadi dunia pagi merupakan masalah pelik yang sulit untuk dirubah. Dunia pagi dan dunia sore memiliki pradigma masing-masing yang sulit untuk dirubah. Memiliki masalah dan pertanyaan yang berbeda. Sering kita terjebak oleh dunia sore yang menawarkan keindahanya yaitu senja. Ketika kita terjebak pada senja rasanya kita enggan untuk meninggalkan nya. Lantas yang menjadi masalah saat ini apakah kita akan tetap berdiam dan terpaku pada senja? Dan enggan untuk menuju dunia pagi. Antara dunia pagi dan dunia sore selalu menawarkan berbagai keindahanya masing-masing. Namun sejatinya segala sesuatunya pasti akan mengalami perubahan. Entah itu kapan kita tidak dapat menentukannya. Karena semuanya sudah sunatullah. Seperti yang dikatakan artikel diatas bahwa "bukankah perpindahan Sore menuju Pagi itu juga sebuah Kelaziman yaitu Sunatullah?". Tapi apakah jika perubahan itu sunatullah, maka kita akan membiarkan diri kita berubah dengan sendirinya sesuai dengan takdir Allah? Seperti pepatah ”semua akan indah pada waktunya”. Atau kita dengan secara sadar akan berubah diri kita? BERUBAH atau DIUBAH. Suguhan manis yang selalu ditawarkan. Jika kita tidak mau untuk berubah maka orang lain yang sudah berubah yang mengubah diri kita. Tentu itu pilihan yang cukup membuat kegalauan.

REFLEKSI (Forum Tanya Jawab 64 : Burung di Pagi Hari, Jengkerik di Sore Hari)


Dunia pagi dan dunia sore layaknya seperti dua sisi mata uang yang sulit untuk dipisahkan. Antara dunia pagi dan dunia sore selalu memiliki sekat yang berbeda. Memiliki pembawaan yang berbeda,baik dari segi suasana hingga masalahnya. Dunia sore diibaratkan sebagai pendidikan tradisional sedangkan dunia pagi di ibaratkan sebagai pendidikan inovatif. Kicauan antara burung di pagi hari dan suara jangkrik di sore hari tentu berbeda. Jika kita disuruh mendengar tentu kita akan memilih mendengarkan kicauan burung di pagi hari bukan? Itu lebih mengasyikan. Seperti itukah gambaran pendidikan di indonesia jika kita disuruh memilih kita tentu akan memilih pendidikan yang inovatif yang memberikan kebebasan siswa untuk mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Membiarkan siswa untuk berekplorasi untuk menemukan sesuatu yang baru. Siswa diberi keleluasaan menentukan sendiri pembelajaran seperti apa yang diinginkan dan peran guru hanya sebagai fasilitator.
Untuk mengubah dunia sore menjadi dunia pagi merupakan masalah pelik yang sulit untuk dirubah. Dunia pagi dan dunia sore memiliki pradigma masing-masing yang sulit untuk dirubah. Memiliki masalah dan pertanyaan yang berbeda. Sering kita terjebak oleh dunia sore yang menawarkan keindahanya yaitu senja. Ketika kita terjebak pada senja rasanya kita enggan untuk meninggalkan nya. Lantas yang menjadi masalah saat ini apakah kita akan tetap berdiam dan terpaku pada senja? Dan enggan untuk menuju dunia pagi. Antara dunia pagi dan dunia sore selalu menawarkan berbagai keindahanya masing-masing. Namun sejatinya segala sesuatunya pasti akan mengalami perubahan. Entah itu kapan kita tidak dapat menentukannya. Karena semuanya sudah sunatullah. Seperti yang dikatakan artikel diatas bahwa "bukankah perpindahan Sore menuju Pagi itu juga sebuah Kelaziman yaitu Sunatullah?". Tapi apakah jika perubahan itu sunatullah, maka kita akan membiarkan diri kita berubah dengan sendirinya sesuai dengan takdir Allah? Seperti pepatah ”semua akan indah pada waktunya”. Atau kita dengan secara sadar akan berubah diri kita? BERUBAH atau DIUBAH. Suguhan manis yang selalu ditawarkan. Jika kita tidak mau untuk berubah maka orang lain yang sudah berubah yang mengubah diri kita. Tentu itu pilihan yang cukup membuat kegalauan.

REFLEKSI (Forum Tanya Jawab 64 : Burung di Pagi Hari, Jengkerik di Sore Hari)



Dunia pagi dan dunia sore layaknya seperti dua sisi mata uang yang sulit untuk dipisahkan. Antara dunia pagi dan dunia sore selalu memiliki sekat yang berbeda. Memiliki pembawaan yang berbeda,baik dari segi suasana hingga masalahnya. Dunia sore diibaratkan sebagai pendidikan tradisional sedangkan dunia pagi di ibaratkan sebagai pendidikan inovatif. Kicauan antara burung di pagi hari dan suara jangkrik di sore hari tentu berbeda. Jika kita disuruh mendengar tentu kita akan memilih mendengarkan kicauan burung di pagi hari bukan? Itu lebih mengasyikan. Seperti itukah gambaran pendidikan di indonesia jika kita disuruh memilih kita tentu akan memilih pendidikan yang inovatif yang memberikan kebebasan siswa untuk mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Membiarkan siswa untuk berekplorasi untuk menemukan sesuatu yang baru. Siswa diberi keleluasaan menentukan sendiri pembelajaran seperti apa yang diinginkan dan peran guru hanya sebagai fasilitator.
Untuk mengubah dunia sore menjadi dunia pagi merupakan masalah pelik yang sulit untuk dirubah. Dunia pagi dan dunia sore memiliki pradigma masing-masing yang sulit untuk dirubah. Memiliki masalah dan pertanyaan yang berbeda. Sering kita terjebak oleh dunia sore yang menawarkan keindahanya yaitu senja. Ketika kita terjebak pada senja rasanya kita enggan untuk meninggalkan nya. Lantas yang menjadi masalah saat ini apakah kita akan tetap berdiam dan terpaku pada senja? Dan enggan untuk menuju dunia pagi. Antara dunia pagi dan dunia sore selalu menawarkan berbagai keindahanya masing-masing. Namun sejatinya segala sesuatunya pasti akan mengalami perubahan. Entah itu kapan kita tidak dapat menentukannya. Karena semuanya sudah sunatullah. Seperti yang dikatakan artikel diatas bahwa "bukankah perpindahan Sore menuju Pagi itu juga sebuah Kelaziman yaitu Sunatullah?". Tapi apakah jika perubahan itu sunatullah, maka kita akan membiarkan diri kita berubah dengan sendirinya sesuai dengan takdir Allah? Seperti pepatah ”semua akan indah pada waktunya”. Atau kita dengan secara sadar akan berubah diri kita? BERUBAH atau DIUBAH. Suguhan manis yang selalu ditawarkan. Jika kita tidak mau untuk berubah maka orang lain yang sudah berubah yang mengubah diri kita. Tentu itu pilihan yang cukup membuat kegalauan.

Kamis, 07 Maret 2013

LANJUTAN (Inovasi Pembelajaran Matematika dengan Sistem Demokrasi)


Bangsa Indonesia terkenal dengan bangsa yang sopan santun. Sopan santun tertinggi yaitu terhadap Tuhan, kemudian orang tua, dan terakhir kepada orang-orang yang berada dalam lingkungan sekitar kita. Kesopan santunan ini yang membuat bahwa dalam matematika juga memerlukan sopan santun. Sopan santun yang dimaksud yaitu menaati segala aturan dalam matematika dan tidak keluar dari koridor yang telah ditetapkan. Setinggi-tingginya ilmu jika masih filsafat masih disebut dengan sopan santun dan ilmu tersebut tidak bisa melebi sopan santun. Matematika dikatakan sulit atau tidak enak disebabkan guru tidak memiliki sopan santun. Agar matematika mudah dipelajari, matematika harus berangkat dari nilai material.
Inovasi pembelajaran dengan sistem demokrasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode inovatif  seperti diskusi, latihan, kerja praktek (labolatorium), refleksi kelas dan rumah. Ketika peserta didik melakukan diskusi seharusnya guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan menyalurkan segala aspirasi yang dimilikinya. Membiarkan peserta didik menuangkan gagasan-gagasan ide yang dimiliki menjadi sebuah pembelajaran yang menyenangkan. Dengan cara seperti ini peserta didik tidak mudah bosan dengan materi yang diberikan oleh kuru. Karena siswa sendirilah yang menentukan dan mengolah materi tersebut menjadi menarik dan menyenangkan. Tugas guru hanya mengawasi, mengoreksi, mengarahkan, dan meluruskan jika ada materi yang di kembangkan oleh siswa tidak sesui dengan standar kompetensi yang digunakan.
Dilihat dari kacamata pendidikan, persoalan pembelajaran matematika berada pada guru. Guru tidak bisa sepenuhnya menyalahkan peserta didik, jika dalam menerima pelajaran siswa tidak bisa sepenuhnya menyerap pelajaran yang disampaikan. Selain itu masalah pelik pembelajaran di indonesia yaitu pembelajaran matematika di Indonesia bersifat Untuk waktu yang sama, berbeda-beda siswa, dituntut mempelajari matematika yang sama, dengan hasil yang harus sama, yaitu sama dengan yang dipikirkan oleh gurunya". Seperti itulah pembelajaran di Indonesia. Berbeda dengan di London "Pembelajaran matematika, menganut paradigma : pada waktu yang berbeda, berbeda-beda siswa, mempelajari matematika yang berbeda, dengan kecepatan dan kemampuan yang berbeda, dengan hasil yang boleh berbeda pula". Jika pradigma pembelajaran matematika diubah seperti pradigma pembelajaran di London maka pembelajaran di Indonesia akan mengalami kemajuan. Untuk menjadi guru yang inovatif, seorang guru harus bersifat hakiki. Begitupun dengan peserta didik, mereka juga harus bersifat hakiki seperti guru. Agar kedua unsur tersebut menjadi seimbang. Guru yang hakiki merupakan guru yang dapat mengembangkan pembelajaran yang inovatif dan sekreatif mungkin. Sedangkan peserta didik atau siswa yang hakiki yaitu peserta didik dapat mengembangkan segala potensinya menjadi sebuah metode pembelajaran yang menyenangkan, dapat mengembangkan sendiri metode yang diinginkan sehingga materi yang diberikan menjadi menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa.
Dalam sebuah pembelajaran matematika ternyata dibutuhkan sebuah intuisi. Intuisi adalah pemahaman, pengetahuan yang tidak bisa dijelaskan atau didefinisikan. Intuisi timbul karena adanya pengalaman. Salah satu contoh dari intuisi adalah ilham (pencerahan yang datang begitu saja). Intuisi seseorang itu digolongkan menjadi lima bagian, intuisi ruang, intuisi waktu, intuisi kebendaan, intuisi jarak, dan intuisi kedalaman. Seseorang yang merasa kebingungan berarti dirinya telah kehilangan intuisi ruang. Intuisi itu terletak pada hati, pikiran, benda-benda, tulisan, dan tindakan. Seseorang yang memiliki intuisi dapat mempercepat keindahan, produksi, dan lain sebagainya. Untuk mengembangkan intuisi peserta didik guru harus membiasakan siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar pada saat pembelajaran, seperti berinteraksi dengan benda-benda, pepohonan, dan lain sebagainya. Akan tetapi saat ini banyak peserta didik yang kehilangan intuisinya. Guru banyak merampas intuisi siswa dengan menghambur-hamburkan definisi tentang matematika. Maksud dari menghambur-hamburkan definisi matematika yaitu guru sering memberi persepsi dan membangun mind seet yang salah tentang matematika kepada peserta didik. Guru hanya menggunakan satu arah dalam menegajar. Guru juga memberikan persepsi yang salah bahwa matematika itu sulit. Menggunakan metode yang tradisinal dalam menyampaikan materi tanpa mau mendengar gagasan-gagasan ide pemikiran peserta didik agar pembelajaran matematika lebih menyenangkan. Intuisi tidak hanya dibutuhkan oleh peserta didik, seorang remaja, orang dewasa, atau sebagainya. Akan tetapi intuisi juga dibutuhkan oleh orang tua. Supaya mereka dapat menjalankan kehidupan sebagai manusia semestinya serta dapat bergaul dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Matematika dengan sistem demokrasi jugaa memerlukan hakikat, metode, dan etikanya. pengertian hakikat yang dimaksud bahwa dalam pembelajaran matematika terselip sebuah makna yaitu pembelajaran matematika merupakan pembelajaran untuk mencari kebenaran dan memecahkan permasalahan dari suatu peristiwa atau kejadian. The nature of school math yaitu pembelajaran tidak dapat digugat jika sudah dikenai hakikat. Kemudian metode yang dimaksud yaitu dengan menggunakan metode yang inovatif seperti diskusi, latihan, kerja praktek (labolatorium), dan sebagainya. Sedangkan etika merupakan nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral yang berkenaan dengan matematika. Etika dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan(studi penggunaan nilai-nilai etika). Sedangkan etika dalam pembelajaran matematika yang dimaksutyaitu siswa dan guru harus memiliki sopan santun saat pembelajaran berlangsung serta dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan bentuk mengaplikasian pembelajaran matematika dalam dunia sesungguhnya atau nyata. Dari ketiga unsur tersebut harus seimbang atau balance. Hakikat, metode, dan etika tidak hanya digunakan atau diaplikasikan dalam pembelajaran matematika saja akan tetapi kedalam semua aspek bidang kehidupan.
Untuk mengembangkan metode pembelajaran matematika dengan sistem demokrasi diperlukan pendekatan korespodensi dan pendekatn korehensi. Korespodensi merupakan pencocokan suatu pembelajaran dengan kenyataan atau pengalaman. Sedangkan korehensi merupakan suatu pendekatan berdasarkan penghitungan. Kedua unsur pendekatan tersebut harus saling berjalan beriringan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan yaitu pembelajaran yang inovatif. Perlu diperhatikan bahwa pembelajaran dalam matematika memerlukan a priori (logika) dan a posteriori (pengalaman). A priori adalah logika atau pikiran, seorang yang bermanfaat apabila seseorang dapat menyumbangkan pikirannya secara sistematis. Serta dapat memikirkan sesuatu yang belum terjadi. sedangkan a posteriori adalah pengalaman, seseorang pasti mempunyai pengalaman baik maupun buruk. Pengalaman tersebut dapat digunakan sebagai landasan munuju kedalam kehidupan yang lebih baik. Sehingga unsur-unsur tersebut sangat dibutuhkan dalam proses pengembangan matematika dengan sitem demokrasi.

1.      Mengapa pendidikan di Indonesia hanya di pandang meggunakan kacamata negatif saja? Jika hal tersebut terus dilakukan maka mind seet rakyat Indonesia akan berubah. Mereka akan mengangap bahwa pendidikan tidak akan mengali atau menuju arah proges. Untuk menyikapi dan mengubah pradigma tersebut bagaimana cara yang tepat?

REFLEKSI (Inovasi Pembelajaran Matematika dengan Sistem Demokrasi)


Pendidikan bermula sejak kita memilih pasangan dan akan berakhir pada saat kita mati. Pendidikan merupakan proses yang menjadikan seseorang menjadi dewasa dan berlangsung seumur hidup. Pernyataan tersebut sajalan dengan pendapat Driyarkara (dalam Dwi Siswoyo 2007:1) mengatakan bahwa “pendidikan merupakan gejala semesta (fenomena universal) dan berlangsung sepanjang hayat manusia, di manapun manusia berada. Di mana ada kehidupan manusia, di situ pasti ada pendidikan”.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan segala potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Menjadikan peserta didik menjadi manusia seutuhnya, yang nantinya dapat hidup secara wajar seperti manusia pada umumnya dan dapat menjalankan tugas serta kewajiban sebagai manusia. Pendidikan berfungsi mengembangkan segala bakat yang dimiliki peserta didik sejak lahir untuk mencapai kebahagian yang sempurna.
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang di ingikan diperlukan pembelajaran yang inovatif dari seorang guru. Guru harus bisa mengembangkan metode pembelajaran menjadi lebih inovatif dari sebelumnya. Metode yang semula digunakan yaitu metode tradisional (ceramah) sudah sepatutnya tidak digunakan secara penuh dan diganti dengan metode yang lebih variatif seperti penggunaan LKS (student worksheet) dan fortopolio (record keeping) dalam proses pembelajaran. Persiapan proses pembelajaran dalam matematika digolongkan menjadi 2 bagian utama yaitu persiapan umum dan persiapan khusus. Persiapan umum meliputi Kajian dan Penyesuaian Paradigma dan Teori Pendidikan dan Pembelajaran Matematika Inovatif dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan persiapan khusus dimulai dari analisis kurikulum (KTSP) hingga pengembangan beberapa skema seperti struktur pembelajaran, skema pencapaian kompetensi, skema interaksi, skema variasi metode, skema variasi media atau alat bantu pembelajaran, dan variasi sumber belajar. Kedua persiapan proses pembelajaran tersebut harus saling diakitkan untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya.
Negara indonesia merupakan negara demokrasi. Demokrasi sendiri berasal dari kata  demos yang berarti ”rakyat” dan kratos/craitein yang berarti ”pemerintahan”. Dengan begitu bahwa kekuasaan atau pemerintahan tertinggi berada ditangan rakyat. Rakyat sendiri yang mengatur dan menjalankan segala bentuk pemerintahan negaranya selama masih berada dalam batas koridor pemerintah. Oleh karena itu, demokrasi disebut pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pernyataan tersebut merupakan demokrasi dalam konteks pemerintahan. Selanjutnya kita akan mengembangkan pembelajaran matematika dengan menggunakan sistem demokrasi. Dengan sistem ini peserta didik yang menentukan pembelajaran seperti apa yang di iginkan, disini peran guru hanya sebagai fasilitator. Peserta didik merupakan subyek dari proses pembelajaran, jadi peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan segala potensi serta bakatnya saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu guru juga dituntut untuk pandai untuk berkomunikasi dengan dunia luar dan kepada peserta didiknya, sebagai salah satu cara untuk mengenali berbagai macam karakter peserta didiknya. Sebagai bekal yang digunakan untuk menentukan metode seperti apa yang sesuai dan harus diterapkan oleh guru kepada peserta didiknya.
Ditinjau dari pernyataan diatas bahwa pembelajaran matematika akan dikembangkan seperti sistem demokrasi. jika kita berbicara tentang sistem, maka akan ada komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Komponen-komponen tersebut adalah siswa atau peserta didik, guru, materi, dan metode. Perlu diingat bahwa untuk mencapai tujuan tersebut, tidak bisa dilakukan dengan pembelajaran yang hanya pada satu arah saja yaitu dari guru kepada peserta didik. Akan tetapi dari siswa, oleh siswa dan untuk siswa. Karena peserta didik mempunyai peran utama dalam proses pembelajaran. Selain itu, metode inovatif yang digunakan dalam pengembangan pembelajaran matematika dengan sistem demokrasi ini yaitu metode Induksi-Deduksi. Metode induksi merupakan metode yang menyimpulkan dari peristiwa khusus menjadi umum. Contohnya ada sebuah titik kemudian menjadi sebuah garis, dari garis menjadi sisi dan pada akhirnya akan menjadi sebuah gambar kubus. Metode induksi berfungsi untuk menyimpulkan suatu peristiwa, benda, dan suatu pernyataan. Sedangkan metode deduksi merupakan metode yang bersifat sangat alami, kodrati, dan sunnatullah. Metode deduksi berfungsi untuk memahami suatu peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan matematika. Contoh metode deduksi tidak berbeda jauh dengan metode induksi hanya saja urutan prosesnya yang dibalik. Jika metode induksi diawali dari titik pada metode deduksi diawali dengan gambar kubus, sisi, garis kemudian titik. Guru perlu mencermati bahwa tidak semua matematika deduksi akan tetapi ada juga yang berupa induksi. Antara metode deduksi dan induksi harus bersinergi menjadi satu untuk menuju pembelajaran yang inovatif.
Bangsa Indonesia terkenal dengan bangsa yang sopan santun. Sopan santun tertinggi yaitu terhadap Tuhan, kemudian orang tua, dan terakhir kepada orang-orang yang berada dalam lingkungan sekitar kita. Kesopan santunan ini yang membuat bahwa dalam matematika juga memerlukan sopan santun. Sopan santun yang dimaksud yaitu menaati segala aturan dalam matematika dan tidak keluar dari koridor yang telah ditetapkan. Setinggi-tingginya ilmu jika masih filsafat masih disebut dengan sopan santun dan ilmu tersebut tidak bisa melebi sopan santun. Matematika dikatakan sulit atau tidak enak disebabkan guru tidak memiliki sopan santun. Agar matematika mudah dipelajari, matematika harus berangkat dari nilai material.
Inovasi pembelajaran dengan sistem demokrasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode inovatif  seperti diskusi, latihan, kerja praktek (labolatorium), refleksi kelas dan rumah. Ketika peserta didik melakukan diskusi seharusnya guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan menyalurkan segala aspirasi yang dimilikinya. Membiarkan peserta didik menuangkan gagasan-gagasan ide yang dimiliki menjadi sebuah pembelajaran yang menyenangkan. Dengan cara seperti ini peserta didik tidak mudah bosan dengan materi yang diberikan oleh kuru. Karena siswa sendirilah yang menentukan dan mengolah materi tersebut menjadi menarik dan menyenangkan. Tugas guru hanya mengawasi, mengoreksi, mengarahkan, dan meluruskan jika ada materi yang di kembangkan oleh siswa tidak sesui dengan standar kompetensi yang digunakan.
Dilihat dari kacamata pendidikan, persoalan pembelajaran matematika berada pada guru. Guru tidak bisa sepenuhnya menyalahkan peserta didik, jika dalam menerima pelajaran siswa tidak bisa sepenuhnya menyerap pelajaran yang disampaikan. Selain itu masalah pelik pembelajaran di indonesia yaitu pembelajaran matematika di Indonesia bersifat Untuk waktu yang sama, berbeda-beda siswa, dituntut mempelajari matematika yang sama, dengan hasil yang harus sama, yaitu sama dengan yang dipikirkan oleh gurunya". Seperti itulah pembelajaran di Indonesia. Berbeda dengan di London "Pembelajaran matematika, menganut paradigma : pada waktu yang berbeda, berbeda-beda siswa, mempelajari matematika yang berbeda, dengan kecepatan dan kemampuan yang berbeda, dengan hasil yang boleh berbeda pula". Jika pradigma pembelajaran matematika diubah seperti pradigma pembelajaran di London maka pembelajaran di Indonesia akan mengalami kemajuan. Untuk menjadi guru yang inovatif, seorang guru harus bersifat hakiki. Begitupun dengan peserta didik, mereka juga harus bersifat hakiki seperti guru. Agar kedua unsur tersebut menjadi seimbang. Guru yang hakiki merupakan guru yang dapat mengembangkan pembelajaran yang inovatif dan sekreatif mungkin. Sedangkan peserta didik atau siswa yang hakiki yaitu peserta didik dapat mengembangkan segala potensinya menjadi sebuah metode pembelajaran yang menyenangkan, dapat mengembangkan sendiri metode yang diinginkan sehingga materi yang diberikan menjadi menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa.
Dalam sebuah pembelajaran matematika ternyata dibutuhkan sebuah intuisi. Intuisi adalah pemahaman, pengetahuan yang tidak bisa dijelaskan atau didefinisikan. Intuisi timbul karena adanya pengalaman. Salah satu contoh dari intuisi adalah ilham (pencerahan yang datang begitu saja). Intuisi seseorang itu digolongkan menjadi lima bagian, intuisi ruang, intuisi waktu, intuisi kebendaan, intuisi jarak, dan intuisi kedalaman. Seseorang yang merasa kebingungan berarti dirinya telah kehilangan intuisi ruang. Intuisi itu terletak pada hati, pikiran, benda-benda, tulisan, dan tindakan. Seseorang yang memiliki intuisi dapat mempercepat keindahan, produksi, dan lain sebagainya. Untuk mengembangkan intuisi peserta didik guru harus membiasakan siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar pada saat pembelajaran, seperti berinteraksi dengan benda-benda, pepohonan, dan lain sebagainya. Akan tetapi saat ini banyak peserta didik yang kehilangan intuisinya. Guru banyak merampas intuisi siswa dengan menghambur-hamburkan definisi tentang matematika. Maksud dari menghambur-hamburkan definisi matematika yaitu guru sering memberi persepsi dan membangun mind seet yang salah tentang matematika kepada peserta didik. Guru hanya menggunakan satu arah dalam menegajar. Guru juga memberikan persepsi yang salah bahwa matematika itu sulit. Menggunakan metode yang tradisinal dalam menyampaikan materi tanpa mau mendengar gagasan-gagasan ide pemikiran peserta didik agar pembelajaran matematika lebih menyenangkan. Intuisi tidak hanya dibutuhkan oleh peserta didik, seorang remaja, orang dewasa, atau sebagainya. Akan tetapi intuisi juga dibutuhkan oleh orang tua. Supaya mereka dapat menjalankan kehidupan sebagai manusia semestinya serta dapat bergaul dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Matematika dengan sistem demokrasi jugaa memerlukan hakikat, metode, dan etikanya. pengertian hakikat yang dimaksud bahwa dalam pembelajaran matematika terselip sebuah makna yaitu pembelajaran matematika merupakan pembelajaran untuk mencari kebenaran dan memecahkan permasalahan dari suatu peristiwa atau kejadian. The nature of school math yaitu pembelajaran tidak dapat digugat jika sudah dikenai hakikat. Kemudian metode yang dimaksud yaitu dengan menggunakan metode yang inovatif seperti diskusi, latihan, kerja praktek (labolatorium), dan sebagainya. Sedangkan etika merupakan nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral yang berkenaan dengan matematika. Etika dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan(studi penggunaan nilai-nilai etika). Sedangkan etika dalam pembelajaran matematika yang dimaksutyaitu siswa dan guru harus memiliki sopan santun saat pembelajaran berlangsung serta dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan bentuk mengaplikasian pembelajaran matematika dalam dunia sesungguhnya atau nyata. Dari ketiga unsur tersebut harus seimbang atau balance. Hakikat, metode, dan etika tidak hanya digunakan atau diaplikasikan dalam pembelajaran matematika saja akan tetapi kedalam semua aspek bidang kehidupan.
Untuk mengembangkan metode pembelajaran matematika dengan sistem demokrasi diperlukan pendekatan korespodensi dan pendekatn korehensi. Korespodensi merupakan pencocokan suatu pembelajaran dengan kenyataan atau pengalaman. Sedangkan korehensi merupakan suatu pendekatan berdasarkan penghitungan. Kedua unsur pendekatan tersebut harus saling berjalan beriringan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan yaitu pembelajaran yang inovatif. Perlu diperhatikan bahwa pembelajaran dalam matematika memerlukan a priori (logika) dan a posteriori (pengalaman). A priori adalah logika atau pikiran, seorang yang bermanfaat apabila seseorang dapat menyumbangkan pikirannya secara sistematis. Serta dapat memikirkan sesuatu yang belum terjadi. sedangkan a posteriori adalah pengalaman, seseorang pasti mempunyai pengalaman baik maupun buruk. Pengalaman tersebut dapat digunakan sebagai landasan munuju kedalam kehidupan yang lebih baik. Sehingga unsur-unsur tersebut sangat dibutuhkan dalam proses pengembangan matematika dengan sitem demokrasi.

1.      Mengapa pendidikan di Indonesia hanya di pandang meggunakan kacamata negatif saja? Jika hal tersebut terus dilakukan maka mind seet rakyat Indonesia akan berubah. Mereka akan mengangap bahwa pendidikan tidak akan mengali atau menuju arah proges. Untuk menyikapi dan mengubah pradigma tersebut bagaimana cara yang tepat?

REFLEKSI (Inovasi Pembelajaran Matematika dengan Sistem Demokrasi)


Pendidikan bermula sejak kita memilih pasangan dan akan berakhir pada saat kita mati. Pendidikan merupakan proses yang menjadikan seseorang menjadi dewasa dan berlangsung seumur hidup. Pernyataan tersebut sajalan dengan pendapat Driyarkara (dalam Dwi Siswoyo 2007:1) mengatakan bahwa “pendidikan merupakan gejala semesta (fenomena universal) dan berlangsung sepanjang hayat manusia, di manapun manusia berada. Di mana ada kehidupan manusia, di situ pasti ada pendidikan”.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan segala potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Menjadikan peserta didik menjadi manusia seutuhnya, yang nantinya dapat hidup secara wajar seperti manusia pada umumnya dan dapat menjalankan tugas serta kewajiban sebagai manusia. Pendidikan berfungsi mengembangkan segala bakat yang dimiliki peserta didik sejak lahir untuk mencapai kebahagian yang sempurna.
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang di ingikan diperlukan pembelajaran yang inovatif dari seorang guru. Guru harus bisa mengembangkan metode pembelajaran menjadi lebih inovatif dari sebelumnya. Metode yang semula digunakan yaitu metode tradisional (ceramah) sudah sepatutnya tidak digunakan secara penuh dan diganti dengan metode yang lebih variatif seperti penggunaan LKS (student worksheet) dan fortopolio (record keeping) dalam proses pembelajaran. Persiapan proses pembelajaran dalam matematika digolongkan menjadi 2 bagian utama yaitu persiapan umum dan persiapan khusus. Persiapan umum meliputi Kajian dan Penyesuaian Paradigma dan Teori Pendidikan dan Pembelajaran Matematika Inovatif dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan persiapan khusus dimulai dari analisis kurikulum (KTSP) hingga pengembangan beberapa skema seperti struktur pembelajaran, skema pencapaian kompetensi, skema interaksi, skema variasi metode, skema variasi media atau alat bantu pembelajaran, dan variasi sumber belajar. Kedua persiapan proses pembelajaran tersebut harus saling diakitkan untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya.
Negara indonesia merupakan negara demokrasi. Demokrasi sendiri berasal dari kata  demos yang berarti ”rakyat” dan kratos/craitein yang berarti ”pemerintahan”. Dengan begitu bahwa kekuasaan atau pemerintahan tertinggi berada ditangan rakyat. Rakyat sendiri yang mengatur dan menjalankan segala bentuk pemerintahan negaranya selama masih berada dalam batas koridor pemerintah. Oleh karena itu, demokrasi disebut pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pernyataan tersebut merupakan demokrasi dalam konteks pemerintahan. Selanjutnya kita akan mengembangkan pembelajaran matematika dengan menggunakan sistem demokrasi. Dengan sistem ini peserta didik yang menentukan pembelajaran seperti apa yang di iginkan, disini peran guru hanya sebagai fasilitator. Peserta didik merupakan subyek dari proses pembelajaran, jadi peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan segala potensi serta bakatnya saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu guru juga dituntut untuk pandai untuk berkomunikasi dengan dunia luar dan kepada peserta didiknya, sebagai salah satu cara untuk mengenali berbagai macam karakter peserta didiknya. Sebagai bekal yang digunakan untuk menentukan metode seperti apa yang sesuai dan harus diterapkan oleh guru kepada peserta didiknya.
Ditinjau dari pernyataan diatas bahwa pembelajaran matematika akan dikembangkan seperti sistem demokrasi. jika kita berbicara tentang sistem, maka akan ada komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Komponen-komponen tersebut adalah siswa atau peserta didik, guru, materi, dan metode. Perlu diingat bahwa untuk mencapai tujuan tersebut, tidak bisa dilakukan dengan pembelajaran yang hanya pada satu arah saja yaitu dari guru kepada peserta didik. Akan tetapi dari siswa, oleh siswa dan untuk siswa. Karena peserta didik mempunyai peran utama dalam proses pembelajaran. Selain itu, metode inovatif yang digunakan dalam pengembangan pembelajaran matematika dengan sistem demokrasi ini yaitu metode Induksi-Deduksi. Metode induksi merupakan metode yang menyimpulkan dari peristiwa khusus menjadi umum. Contohnya ada sebuah titik kemudian menjadi sebuah garis, dari garis menjadi sisi dan pada akhirnya akan menjadi sebuah gambar kubus. Metode induksi berfungsi untuk menyimpulkan suatu peristiwa, benda, dan suatu pernyataan. Sedangkan metode deduksi merupakan metode yang bersifat sangat alami, kodrati, dan sunnatullah. Metode deduksi berfungsi untuk memahami suatu peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan matematika. Contoh metode deduksi tidak berbeda jauh dengan metode induksi hanya saja urutan prosesnya yang dibalik. Jika metode induksi diawali dari titik pada metode deduksi diawali dengan gambar kubus, sisi, garis kemudian titik. Guru perlu mencermati bahwa tidak semua matematika deduksi akan tetapi ada juga yang berupa induksi. Antara metode deduksi dan induksi harus bersinergi menjadi satu untuk menuju pembelajaran yang inovatif.


REFLEKSI (Inovasi Pembelajaran Matematika dengan Sistem Demokrasi)


Pendidikan bermula sejak kita memilih pasangan dan akan berakhir pada saat kita mati. Pendidikan merupakan proses yang menjadikan seseorang menjadi dewasa dan berlangsung seumur hidup. Pernyataan tersebut sajalan dengan pendapat Driyarkara (dalam Dwi Siswoyo 2007:1) mengatakan bahwa “pendidikan merupakan gejala semesta (fenomena universal) dan berlangsung sepanjang hayat manusia, di manapun manusia berada. Di mana ada kehidupan manusia, di situ pasti ada pendidikan”.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan segala potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Menjadikan peserta didik menjadi manusia seutuhnya, yang nantinya dapat hidup secara wajar seperti manusia pada umumnya dan dapat menjalankan tugas serta kewajiban sebagai manusia. Pendidikan berfungsi mengembangkan segala bakat yang dimiliki peserta didik sejak lahir untuk mencapai kebahagian yang sempurna.
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang di ingikan diperlukan pembelajaran yang inovatif dari seorang guru. Guru harus bisa mengembangkan metode pembelajaran menjadi lebih inovatif dari sebelumnya. Metode yang semula digunakan yaitu metode tradisional (ceramah) sudah sepatutnya tidak digunakan secara penuh dan diganti dengan metode yang lebih variatif seperti penggunaan LKS (student worksheet) dan fortopolio (record keeping) dalam proses pembelajaran. Persiapan proses pembelajaran dalam matematika digolongkan menjadi 2 bagian utama yaitu persiapan umum dan persiapan khusus. Persiapan umum meliputi Kajian dan Penyesuaian Paradigma dan Teori Pendidikan dan Pembelajaran Matematika Inovatif dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan persiapan khusus dimulai dari analisis kurikulum (KTSP) hingga pengembangan beberapa skema seperti struktur pembelajaran, skema pencapaian kompetensi, skema interaksi, skema variasi metode, skema variasi media atau alat bantu pembelajaran, dan variasi sumber belajar. Kedua persiapan proses pembelajaran tersebut harus saling diakitkan untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya.
Negara indonesia merupakan negara demokrasi. Demokrasi sendiri berasal dari kata  demos yang berarti ”rakyat” dan kratos/craitein yang berarti ”pemerintahan”. Dengan begitu bahwa kekuasaan atau pemerintahan tertinggi berada ditangan rakyat. Rakyat sendiri yang mengatur dan menjalankan segala bentuk pemerintahan negaranya selama masih berada dalam batas koridor pemerintah. Oleh karena itu, demokrasi disebut pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pernyataan tersebut merupakan demokrasi dalam konteks pemerintahan. Selanjutnya kita akan mengembangkan pembelajaran matematika dengan menggunakan sistem demokrasi. Dengan sistem ini peserta didik yang menentukan pembelajaran seperti apa yang di iginkan, disini peran guru hanya sebagai fasilitator. Peserta didik merupakan subyek dari proses pembelajaran, jadi peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan segala potensi serta bakatnya saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu guru juga dituntut untuk pandai untuk berkomunikasi dengan dunia luar dan kepada peserta didiknya, sebagai salah satu cara untuk mengenali berbagai macam karakter peserta didiknya. Sebagai bekal yang digunakan untuk menentukan metode seperti apa yang sesuai dan harus diterapkan oleh guru kepada peserta didiknya.
Ditinjau dari pernyataan diatas bahwa pembelajaran matematika akan dikembangkan seperti sistem demokrasi. jika kita berbicara tentang sistem, maka akan ada komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Komponen-komponen tersebut adalah siswa atau peserta didik, guru, materi, dan metode. Perlu diingat bahwa untuk mencapai tujuan tersebut, tidak bisa dilakukan dengan pembelajaran yang hanya pada satu arah saja yaitu dari guru kepada peserta didik. Akan tetapi dari siswa, oleh siswa dan untuk siswa. Karena peserta didik mempunyai peran utama dalam proses pembelajaran. Selain itu, metode inovatif yang digunakan dalam pengembangan pembelajaran matematika dengan sistem demokrasi ini yaitu metode Induksi-Deduksi. Metode induksi merupakan metode yang menyimpulkan dari peristiwa khusus menjadi umum. Contohnya ada sebuah titik kemudian menjadi sebuah garis, dari garis menjadi sisi dan pada akhirnya akan menjadi sebuah gambar kubus. Metode induksi berfungsi untuk menyimpulkan suatu peristiwa, benda, dan suatu pernyataan. Sedangkan metode deduksi merupakan metode yang bersifat sangat alami, kodrati, dan sunnatullah. Metode deduksi berfungsi untuk memahami suatu peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan matematika. Contoh metode deduksi tidak berbeda jauh dengan metode induksi hanya saja urutan prosesnya yang dibalik. Jika metode induksi diawali dari titik pada metode deduksi diawali dengan gambar kubus, sisi, garis kemudian titik. Guru perlu mencermati bahwa tidak semua matematika deduksi akan tetapi ada juga yang berupa induksi. Antara metode deduksi dan induksi harus bersinergi menjadi satu untuk menuju pembelajaran yang inovatif.
Bangsa Indonesia terkenal dengan bangsa yang sopan santun. Sopan santun tertinggi yaitu terhadap Tuhan, kemudian orang tua, dan terakhir kepada orang-orang yang berada dalam lingkungan sekitar kita. Kesopan santunan ini yang membuat bahwa dalam matematika juga memerlukan sopan santun. Sopan santun yang dimaksud yaitu menaati segala aturan dalam matematika dan tidak keluar dari koridor yang telah ditetapkan. Setinggi-tingginya ilmu jika masih filsafat masih disebut dengan sopan santun dan ilmu tersebut tidak bisa melebi sopan santun. Matematika dikatakan sulit atau tidak enak disebabkan guru tidak memiliki sopan santun. Agar matematika mudah dipelajari, matematika harus berangkat dari nilai material.
Inovasi pembelajaran dengan sistem demokrasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode inovatif  seperti diskusi, latihan, kerja praktek (labolatorium), refleksi kelas dan rumah. Ketika peserta didik melakukan diskusi seharusnya guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan menyalurkan segala aspirasi yang dimilikinya. Membiarkan peserta didik menuangkan gagasan-gagasan ide yang dimiliki menjadi sebuah pembelajaran yang menyenangkan. Dengan cara seperti ini peserta didik tidak mudah bosan dengan materi yang diberikan oleh kuru. Karena siswa sendirilah yang menentukan dan mengolah materi tersebut menjadi menarik dan menyenangkan. Tugas guru hanya mengawasi, mengoreksi, mengarahkan, dan meluruskan jika ada materi yang di kembangkan oleh siswa tidak sesui dengan standar kompetensi yang digunakan.
Dilihat dari kacamata pendidikan, persoalan pembelajaran matematika berada pada guru. Guru tidak bisa sepenuhnya menyalahkan peserta didik, jika dalam menerima pelajaran siswa tidak bisa sepenuhnya menyerap pelajaran yang disampaikan. Selain itu masalah pelik pembelajaran di indonesia yaitu pembelajaran matematika di Indonesia bersifat Untuk waktu yang sama, berbeda-beda siswa, dituntut mempelajari matematika yang sama, dengan hasil yang harus sama, yaitu sama dengan yang dipikirkan oleh gurunya". Seperti itulah pembelajaran di Indonesia. Berbeda dengan di London "Pembelajaran matematika, menganut paradigma : pada waktu yang berbeda, berbeda-beda siswa, mempelajari matematika yang berbeda, dengan kecepatan dan kemampuan yang berbeda, dengan hasil yang boleh berbeda pula". Jika pradigma pembelajaran matematika diubah seperti pradigma pembelajaran di London maka pembelajaran di Indonesia akan mengalami kemajuan. Untuk menjadi guru yang inovatif, seorang guru harus bersifat hakiki. Begitupun dengan peserta didik, mereka juga harus bersifat hakiki seperti guru. Agar kedua unsur tersebut menjadi seimbang. Guru yang hakiki merupakan guru yang dapat mengembangkan pembelajaran yang inovatif dan sekreatif mungkin. Sedangkan peserta didik atau siswa yang hakiki yaitu peserta didik dapat mengembangkan segala potensinya menjadi sebuah metode pembelajaran yang menyenangkan, dapat mengembangkan sendiri metode yang diinginkan sehingga materi yang diberikan menjadi menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa.
Dalam sebuah pembelajaran matematika ternyata dibutuhkan sebuah intuisi. Intuisi adalah pemahaman, pengetahuan yang tidak bisa dijelaskan atau didefinisikan. Intuisi timbul karena adanya pengalaman. Salah satu contoh dari intuisi adalah ilham (pencerahan yang datang begitu saja). Intuisi seseorang itu digolongkan menjadi lima bagian, intuisi ruang, intuisi waktu, intuisi kebendaan, intuisi jarak, dan intuisi kedalaman. Seseorang yang merasa kebingungan berarti dirinya telah kehilangan intuisi ruang. Intuisi itu terletak pada hati, pikiran, benda-benda, tulisan, dan tindakan. Seseorang yang memiliki intuisi dapat mempercepat keindahan, produksi, dan lain sebagainya. Untuk mengembangkan intuisi peserta didik guru harus membiasakan siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar pada saat pembelajaran, seperti berinteraksi dengan benda-benda, pepohonan, dan lain sebagainya. Akan tetapi saat ini banyak peserta didik yang kehilangan intuisinya. Guru banyak merampas intuisi siswa dengan menghambur-hamburkan definisi tentang matematika. Maksud dari menghambur-hamburkan definisi matematika yaitu guru sering memberi persepsi dan membangun mind seet yang salah tentang matematika kepada peserta didik. Guru hanya menggunakan satu arah dalam menegajar. Guru juga memberikan persepsi yang salah bahwa matematika itu sulit. Menggunakan metode yang tradisinal dalam menyampaikan materi tanpa mau mendengar gagasan-gagasan ide pemikiran peserta didik agar pembelajaran matematika lebih menyenangkan. Intuisi tidak hanya dibutuhkan oleh peserta didik, seorang remaja, orang dewasa, atau sebagainya. Akan tetapi intuisi juga dibutuhkan oleh orang tua. Supaya mereka dapat menjalankan kehidupan sebagai manusia semestinya serta dapat bergaul dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Matematika dengan sistem demokrasi jugaa memerlukan hakikat, metode, dan etikanya. pengertian hakikat yang dimaksud bahwa dalam pembelajaran matematika terselip sebuah makna yaitu pembelajaran matematika merupakan pembelajaran untuk mencari kebenaran dan memecahkan permasalahan dari suatu peristiwa atau kejadian. The nature of school math yaitu pembelajaran tidak dapat digugat jika sudah dikenai hakikat. Kemudian metode yang dimaksud yaitu dengan menggunakan metode yang inovatif seperti diskusi, latihan, kerja praktek (labolatorium), dan sebagainya. Sedangkan etika merupakan nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral yang berkenaan dengan matematika. Etika dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan(studi penggunaan nilai-nilai etika). Sedangkan etika dalam pembelajaran matematika yang dimaksutyaitu siswa dan guru harus memiliki sopan santun saat pembelajaran berlangsung serta dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan bentuk mengaplikasian pembelajaran matematika dalam dunia sesungguhnya atau nyata. Dari ketiga unsur tersebut harus seimbang atau balance. Hakikat, metode, dan etika tidak hanya digunakan atau diaplikasikan dalam pembelajaran matematika saja akan tetapi kedalam semua aspek bidang kehidupan.
Untuk mengembangkan metode pembelajaran matematika dengan sistem demokrasi diperlukan pendekatan korespodensi dan pendekatn korehensi. Korespodensi merupakan pencocokan suatu pembelajaran dengan kenyataan atau pengalaman. Sedangkan korehensi merupakan suatu pendekatan berdasarkan penghitungan. Kedua unsur pendekatan tersebut harus saling berjalan beriringan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan yaitu pembelajaran yang inovatif. Perlu diperhatikan bahwa pembelajaran dalam matematika memerlukan a priori (logika) dan a posteriori (pengalaman). A priori adalah logika atau pikiran, seorang yang bermanfaat apabila seseorang dapat menyumbangkan pikirannya secara sistematis. Serta dapat memikirkan sesuatu yang belum terjadi. sedangkan a posteriori adalah pengalaman, seseorang pasti mempunyai pengalaman baik maupun buruk. Pengalaman tersebut dapat digunakan sebagai landasan munuju kedalam kehidupan yang lebih baik. Sehingga unsur-unsur tersebut sangat dibutuhkan dalam proses pengembangan matematika dengan sitem demokrasi.

1.      Mengapa pendidikan di Indonesia hanya di pandang meggunakan kacamata negatif saja? Jika hal tersebut terus dilakukan maka mind seet rakyat Indonesia akan berubah. Mereka akan mengangap bahwa pendidikan tidak akan mengali atau menuju arah proges. Untuk menyikapi dan mengubah pradigma tersebut bagaimana cara yang tepat?