Jumat, 10 Mei 2013

REFLEKSI (Mathematics and Language 11)


Sesungguhnya kesempurnaan itu hanya milik ALLAH.  Manusia di ciptakan ALLAH tak ada yang sempurna. Manusia di ciptakan ALLAH dengan berbagai karakteristik , berbagai kemampuan, berbagai kelebihan, dan berbagai potensi yang semuanya tidak sama. Semua manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.  Sehingga antara manusia satu dengan manusia lainnya saling melengkapi, saling berbagi, dan saling melengkapi. Timbulnya suatu masalah itu disebabkan karena kita mempunyai sudut pandang dan perseps yang salah terhadap suatu hal. Misalnya 1+1= 2 itu memang benar, akan tetapi pernyataan tersebut bisa salah karena adanya pemahaman yang berbeda. Oleh karena itu untuk menghadapi suatu permasalahan kita harus bisa membaca konteksnya.

REFLEKSI (Mathematics and Language 12)


Salah satu komponen penting yang digunakan dlam komunikasi adalah bahasa. Dengan bahasa kita dapat berinteraksi dengan orang-orang yang berada di sekitar kita. Komunikasi yang baik adalah pada saat kita menggunakan bahasa yang baik yaitu tidak menyinggung perasaan orang lain atau mengandung sara. Dalam melakukan komunikasi dengan siswa, guru juga harus menggunakan bahasa yang baik. Karena bahasa yang baik dapat menunjang berhasilnya suatu proses pembelajaran. Pemahaman siswa akan bertambah baik apabila guru menggunakan bahasa yang baik dalam berkomunikasi.  Komunikasi antar guru dan siswa dapat dilakukan secara langsung maupun tidak lansung.

REFLEKSI (METAPHYSICS)


Setelah membaca artikel ditas dapat disimpulkan bahwa kant membagi metafisika menjadi  4 yaitu: 1. Ontologi; 2. Rasional Fisiologi; 3. Rasional kosmologi, dan 4. Teologi rasional. Kant menyatakan bahwa aturan pemahaman tidak hanya benar secara apriori, tetapi sumber dari semua kebenaran, yaitu sesuai dengan kognisi kita dengan benda-benda yang ada di muka bumi ini. Kant menyimpulkan bahwa Yang Mahatinggi adalah suatu cita-cita belaka, meskipun sempurna satu-konsepsi yang menyempurnakan dan mahkota sistem kognisi manusia, tetapi realitas obyektif yang dapat dibuktikan atau tidak dibantah oleh Alasan murni, dan jika cacat ini pernah diberikan oleh teologi moral, teologi transendental bermasalah yang telah mendahului, akan telah setidaknya berguna sebagai menunjukkan kebutuhan mental yang ada untuk konsepsi, dengan penentuan lengkap itu yang telah dilengkapi, dan pengujian tanpa henti kesimpulan dari alasan sering ditipu oleh akal, dan tidak selalu selaras dengan ide-ide sendiri.