Dari pertanyaan diatas, ternyata mengajar, belajar, dan
pembelajaran matematika membutuhkan dan mempengaruhi psikologi seorang siswa
maupun guru. Saat pembelajaran matematika tidak jarang siswa mengalami hambatan
dan kesulitan dalam belajar. Hambatan-hambatan tersebut bisa
disebabkan dari luar maupun dari dalam individu. Hambatan dari dalam seperti siswa kurang bisa memahami
materi yang disampaikan oleh guru. Sedangkan hambatan dari luar misalnya siswa
tertekan dengan sifat guru yang otoriter. Yang tidak memberikan kebebasan siswa
untuk berekplorasi. Padahal jika keadaan ini tetap berlanjut akan mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Belajar matematika bukanlah suatu hasil akan tetapi
suatu proses. Yang dimulai dari tingkat dasar hingga yang paling sulit.
Membutuhkan ketelatenan dan kesabaran untuk mencapai hasil yang maksimal. Untuk
mencapai hasil yang maksimal dalam suatu pembelajaran dibutuhkan suatu metode
pembelajaran yang inovatif. Yang dapat mengembangkan segala potensi yang
dimiliki oleh siswa. Serta perlu dilakukan inovasi pradigma lamamenjadi
pradigma baru.
Oleh karena itu guru sebagai pendidik dituntut untuk bisa
mengubah pradigma lama menjadi pradigma baru. Melakukan inovasi dalam berbagai
segi komponen-komponen pembelajaran. Mengubah pola pikir yang tadinya
tradisional menjadi berwawasan global. Serta mengembangkan komunikasi
transaksional dan interaksi edukatif antara siwa dan guru. Guru
sebagai Education for AllI harus bisa
bertanggung jawab dengan segala yang terjadi dengan siswanya. Memahami dan
mengenali setiap siswanya dan apa yang menjadi hambatan selama dalam proses
pembelajaran. Guru juga harus bisa menumbuhkan motivasi dengan cara memberi
apersepsi sebelum proses pembelajaran berlangsung. Sehingga siswa terdorong
untuk lebih giat untuk belajar. Yang perlu diingat oleh guru jangan pernah
sekali-kali guru memaksakan apa yang menjadi kehendaknya. Biarlah siswa yang
mengkaji segala sesuatunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar