Sabtu, 23 Februari 2013

REFLEKSI (Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 2: Intuisi dalam Matematika (2))


Dalam artikel diatas disebutkan bahwa intuisi matematika akan muncul setelah tahap olah pengalaman (experience) matematika. Jadi, biarlah siswa mengeksplorasi segala apa yang dimilikinya melalui lingkungan sekitar. Guna mempertajam intuisi seorang siswa. Sekarang ini intuisi seorang siswa mulai memprihatinkan. Banyak siswa yang mulai kehilangan intuisinya. Ini dikarenakan kebanyakan sekolah hanya mengedepankan aspek kognitif saja tanpa memikirkan untuk mengembangkan aspek lain yang lebih penting. Sekolah-sekolah pada umumnya hanya mengedepankan hasil akhirnya saja tanpa memikirkan prosesnya. Bukankah proses pembelajaran itu lebih penting di banding dengan hasil akhir. Memang tidak bisa dipungkiri saat ini nilai merupakan sesuatu yang diagung-agungkan. Mereka menganggap dengan nilai yang tinggi seseorang bisa dikatakan cerdas. Padahal seseorang yang dikatakan cerdas apabila dapat menyeimbangkan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.  Pradigma seperti inilah yang harus dirubah dan tinggalkan.
Intuisi itu lahir karena adanya pengalaman (experince). Oleh karena itu pengembangan keterampilan (psikomotorik) siswa dirasa lebih penting dibanding dengan aspek kognitif. Selain itu aspek afektif  tidak kalah penting dengan aspek psikomotorik maupun kognitif. Ketiga apek tersebut harus digabungkan untuk saling bersinergi dalam menghasilkan kecerdasan intuisi. Jadi, guru jangan terlalu menekankan pada aspek kognitif saja dalam proses pembelajaran, akan tetapi juga lebih menekankan pada keterampilan dan pengalaman. Jika guru tidak ingin siswanya kehilangan intuisinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar